Proposal Skripsi BAB I s.d BAB III Hubungan pemahaman siswa tentang pengertian organisasi dengan perilaku menghargai teman di SDN Kalijaya 07 Cikarang Barat Bekasi



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, hak organisasi diatur oleh undang-undang. Hak berorganisasi secara tidak langsung tersirat dalam pancasila, sebagai sumber hukum Indonesia, dan tercantum dalam UUD 1945, terutama Pasal 28 E (Ayat 3). Dalam pasal tersebut dikatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Maksudnya adalah setiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk bebas memilih atau membentuk suatu organisasi atau kelompok yang sesuai dengan minat yang mereka miliki. Tidak ada satu pihak pun yang boleh memaksa atau melarang seseorang untuk bergabung dengan suatu organisasi. Tetapi, sekali lagi perlu diingat bahwa kebebasan ini tidak boleh mengganggu hak dan kebebasan orang lain.
Demokrasi dapat dikatakan merupakan pola hidup berkelompok di dalam organisasi bernegara, sesuai dengan keinginan orang-orang yang hidup berkelompok tersebut. Keinginan orang-orang yang berkelompok tersebut ditentukan oleh pandangan hidup, falsafah hidup, dan ideologi yang tercermin dalam sila-sila Pancasila.
Organisasi adalah segenap proses kegiatan menata dan rnembagi pekerjaan yang akan dilakukan, mengelompokkan orang-orang yang akan mengerjakan pekerjaan tersebut, menetapkan wewenang dan tanggung jawab serta hubungan antar unit-unit dan individu sebagai pelaksana dari pekerjaan itu untuk mencapai tujuan tertentu dari organisasi tersebut.
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.
Kekompakan dalam organisasi itu sudah menjadi keharusan. Apabila dalam organisasi kekompakan itu tidak terjaga, maka hasil kerja tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itulah dibutuhkan pemimpin yang pandai membuat anggotanya kompak. Tidak jarang masalah muncul dalam organisasi. Di dalam kelompok belajar terkadang juga dijumpai masalah. Misalnya saja ada dalam satu kelompok yang anggota-anggotanya salah paham atau tidak sependapat dengan anggota yang lain, maka peranan ketua kelompok ini sangat penting. Jangan sampai ketua kelompok membela salah satu anggota yang sedang bermasalah, tetapi sebaiknya ketua kelompok mampu menyatukan dan meredam pertikaian kelompok yang sedang bermasalah.
Dalam organisasi juga terkadang ada yang kurang rajin atau malas. Mungkin karena minder, mungkin karena tidak mengerti, dan lain-lain. Peranan pemimpin sangat besar untuk memotivasi anggotanya yang masih belum mempunyai semangat dalam bekerja sama. Bukan berarti ini hanya menjadi tanggung jawab pemimpin. Akan tetapi, pemimpin membuat suasana tumbuh untuk saling memberikan motivasi sesama anggota yang lain.
Tenggang rasa atau tepo seliro adalah sikap seseorang menempatkan perasaannya pada perasaan orang lain”[1]. Konsep tenggang rasa ini seperti halnya konsep mencintai adalah merupakan perwujudan dari adanya saling mencintai sesama manusia, maka akan timbul keinginan untuk dapat mencintai orang lain sebagai mana mencintai dirinya sendiri, sampai akhirnya timbul keinginan untuk tenggang rasa, yaitu merasakan apa yang dialami oleh orang lain seolah-olah terjadi pula atas dirinya, sehingga dalam perbuatannya selalu diimbangi dengan penuh pengertian dengan dasar tidak buruk sangka.
Dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang berkenaan dengan masalah kebebasan berorganisasi sekolah yang terdapat pada Standar Kompetensi, yaitu memahami kebebasan berorganisasi. Adapun Kompetensi Dasarnya yaitu yang pertama mendekripsikan pengertian organisasi, yang kedua menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat, dan yang ketiga adalah menampilkan peran serta dalam memilih organisasi di sekolah.
Nilai moral keramahtamahan yang perlu ditekankan bagi generasi muda bangsa Indonesia, diantaranya : pertama lapang dada, maksudnya tidak lari dari masalah yang harus dipecahkan. Kedua berjiwa besar, maksudnya dalam menghadapi segala macam hambatan, tantangan, ancaman, dan gangguan yang dating baik dari dalam negeri maupun yang dating dari luarnegeri, bangsa Indonesia harus menghadapinya dengan berjiwa besar. Ketiga kekeluargaan, maksudnya segala macam masalah dapat dipecahkan melalui musyawarah. Keempat saling menghargai, maksudnya diantara sesame manusia harus saling menghargai satu sama lainnya. Kelima menghormati sesama, maksudnya manusia mempunyai hak dan kewajiban atas sikap saling menghormati dan setiap orang mempunyai hak untuk dihormati. Keenam suka menolong, maksudnya dalam memberikan pertolongan hendaknya tidak membeda-bedakan suku bangsa, ras, dan agama.
Fakta di lapangan, pemahaman siswa tentang pengertian organisasi sudah cukup baik, namun sikap yang mencerminkan berorganisasi siswa sangat memprihatinkan. Tidak mau bermusyawarah, mau menang sendiri dan selalu memaksakan kehendaknya sendiri, tidak mau melaksanakan hasil dari musyawarah, kurangnya rasa tanggung jawab dalam melaksanakan hasil musyawarah, kurangnya rasa solidaritas diantara teman sekelas, bersikap emosional serta perilaku tidak menghargai orang lain. Kurangnya sikap sosial, lemahnya nilai-nilai demokrasi, serta perilaku berorganisasi yang tidak mencerminkan sikap demokratis di sekolah.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik mengambil judul Hubungan pemahaman siswa tentang pengertian organisasi dengan perilaku menghargai teman di SDN Kalijaya 07 Cikarang Barat Bekasi.

B.  Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1.    Apakah siswa mempunyai pemahaman tentang pengertian organisasi ?
2.    Apakah kebebasan berorganisasi sudah sesuai dan dijalankan oleh siswa dengan baik ?
3.    Adakah cara meningkatkan perilaku siswa untuk menghargai teman?
4.    Apakah terdapat hubungan antara pemahaman siswa tentang pengertian organisasi dengan perilaku menghargai teman ?

C.   Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah penelitian ini, maka tidak semua masalah akan diteliti, melainkan dibatasi pada ruang lingkup permasalahan “Hubungan pemahaman siswa tentang pengertian organisasi dengan perilaku menghargai teman di SDN Kalijaya 07 Cikarang Barat Bekasi.
Pemahaman siswa tentang pengertian organisasi adalah suatu kemampuan untuk menterjemahkan, menafsirkan, dan membedakan yang meliputi mempunyai tujuan bersama, adanya pembagian tugas kelompok, serta adanya kerjasama diantara orang yang bekerja.
Perilaku menghargai teman adalah suatu tindakan dalam menghadapi suatu obyek, ide dan situasi atau nilai di dalam berperilaku yang meliputi mau berlapang dada, saling menghargai, menghormati sesama, serta suka menolong.

D.   Perumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan masalah yang dikemukakan diatas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Apakah terdapat hubungan antara pemahaman siswa tentang pengertian organisasi dengan perilaku menghargai teman di SDN Kalijaya 07 Cikarang Barat Bekasi ?”.

E.   Manfaat Penelitian

1.    Bagi Mahasiswa, merupakan sebagai bahan informasi dengan acuan untuk kelanjutan membuat skripsi.
2.    Bagi sekolah agar menerapkan pengertian organisasi serta perilaku menghargai teman baik itu kepada kepala sekolah, guru, wali murid, dan para siswa.
3.    Bagi siswa, agar terbiasa dalam melaksanakan kegiatan secara bersama-sama sehingga terjalin rasa persatuan dan kesatuan diantara teman-teman.



BAB II
LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.  Landasan Teoritis
1.    Hakekat Pemahaman Siswa Tentang Pengertian Berorganisasi
Menurut Teori Benjamin S. Bloom “pemahaman yaitu kemampuan menterjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, memahami isi pokok, mengartikan tabel, dan sebagainya”[2]. Kohler menyatakan “pemahaman merupakan bagian penting dalam pemecahan masalah karena pemecahan masalah dapat dilakukan setelah diperoleh pemahaman dari hubungan-hubungan dalam situasi”[3]. E.F. Hutabarat menyatakan “pemahaman yaitu kemampuan untuk melihat hubungan yang relevan. Jadi apabila seseorang ingin memahami sesuatu, maka ia harus dapat menghubungkan sesuatu itu dengan apa yang diketahuinya”[4].
Suharsimi Arikonto menyatakan bahwa dengan pemahaman, maka seseorang dapat membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep. Lebih lanjut mengemukakan bahwa memahami dengan sesuatu, maka ia dapat mempertahankan, membedakan, menduga (estimatis), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, memperkirakan[5].
H. Koestoer Partowisastro menjelaskan arti pemahaman kedalam 4 (empat) pengertian, yaitu :
1.    Pemahaman berarti melihat hubungan yang belum nyata pada pandangan pertama.
2.    Pemahaman berarti mampu menerangkan dan menjelaskan sesuatu berarti perlu melukiskan tentang aspek-aspek, tingkatan, sudut pandangan-pandangan yang berbeda.
3.    Pemahaman berarti memperkembangkan kesadaran-kesadaran akan faktor-faktor penting.
4.    Pemahaman berarti berkemampuan membuat ramalan-ramalan yang beralasan mengenai tingkahlakunya[6].

Teori Kognitif (Cognitive Theories) yang dikembangkan oleh Kohler menyatakan pemahaman merupakan bagian penting dalam pemecahan masalah karena pemecahan masalah dapat dilakukan setelah diperoleh pemahaman dari hubungan-hubungan dalam situasi[7]. Wingkel mendefinisikan bahwa belajar sebagai suatu mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap[8].
“Organisasi” sebenarnya berasal dari bhs Yunani, “organon” atau dalam bhs Latin, disebut “organum” yang artinya “alat, bagian, atau anggota badan”. Selanjutnya seiring berjalannya waktu, terjadilah perkembangan dalam pengertiannya. Dengan kata lain, (semakin banyak orang yang mengartikannya maka semakin banyak definisi dan semakin luas pula kata itu diartikan) Tapi dari sekian banyak definisi “organisasi”. Organisasi jga bisa dikatakan sekumpulan, individu, kelompok yang mempunyai tujuan, visi & misi tertentu untuk menampung/menyalurkan pikiran atau pendapat yang tidak sama (dengan kata lain berbeda).[9]
Di Indonesia, hak organisasi diatur oleh undang-undang. Hak berorganisasi secara tidak langsung tersirat dalam pancasila, sebagai sumber hukum Indonesia, dan tercantum dalam UUD 1945, terutama Pasal 28 E (Ayat 3). Dalam pasal tersebut dikatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat[10].
Pengertian umum organisasi adalah segenap proses kegiatan menata dan rnembagi pekerjaan yang akan dilakukan, mengelompokkan orang-orang yang akan mengerjakan pekerjaan tersebut, menetapkan wewenang dan tanggung jawab serta hubungan antar unit-unit dan individu sebagai pelaksana dari pekerjaan itu untuk mencapai tujuan tertentu dari organisasi tersebut[11].
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.
Pengertian dan definisi organisasi menurut beberapa ahli, antara lain :
1.    Rosenzweig, Organisasi dapat dipandang sebagai : Sistem sosial, yaitu orang-orang dalam kelompok, Integrasi atau kesatuan dari aktivitas-aktivitas orang-orang yang bekerja sama, Orang-orang yang berorientasi atau berpedoman pada tujuan bersama.
2.    Matthias Aroef, Suatu organisasi terjadi apabila sekelompok orang bekerja bersama sama untuk mencapai tujuannya.
3.    Pfiffner dan Sherwood, Organisasi sebagai suatu pola dari cara-cara dalam mana sejumlah orang yang saling berhubungan, bertemu muka, secara intim dan terkait dalam suatu tugas yang bersifat kompleks, berhubungan satu dengan yang lainnya secara sadar, menetapkan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan semula secara sistematis.
4.    Bakke, Organisasi merupakan  sebuah sistem yang kontinue dari penggunaan, pemindahan aktivitas-aktivitas manusia yang dibebankan dan dikoordinasikan, sehingga membentuk suatu kumpulan tertentu yang terdiri dari manusia, material, kapital, gagasan, dan sumber daya alam ke dalam suatu keseluruhan pemecahan persoalan.
5.    Allen, Organisasi adalah suatu proses identifikasi dan pembentukan serta pengelompokan kerja, mendefinisikan dan mendelegasikan wewenang maupun tanggung jawab dan menetapkan hubungan - hubungan dengan maksud untuk memungkinkan orang-orang bekerjasama secara efektif dalam menuju tujuan yang ditetapkan[12].
Definisi dan pengertian organisasi menurut para ahli, antara lain :
a.    Organisasi Menurut Stoner adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
b.    Organisasi Menurut James D. Mooney adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
c.    Organisasi Menurut Chester I. Bernard, yaitu organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih[13].
Beberapa definisi tentang organisasi, antara lain :
1.    Menurut Ernest Dale, organisasi adalah suatu proses perencanaan yang meliputi penyusunan, pengembangan, dan pemeliharaan suatu  struktur atau pola hubunngan kerja dari orang-orang dalam suatu kerja kelompok.
2.    Menurut Cyril Soffer, organisasi adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing diberi peran tertentu dalam suatu system kerja dan pembagian dalam mana pekerjaan itu diperinci menjadi tugas-tugas, dibagikan kemudian digabung lagi dalam beberapa bentuk hasil.
3.    Menurut Kast & Rosenzweig, organisasi adalah sub sistem teknik, sub sistem struktural, sub sistem pshikososial dan sub sistem manajerial dari lingkungan yang lebih luas dimana ada kumpulan orang-orang berorenteasi pada tujuan.
4.    Definisi umu,, organisasi adalah “Kelompok orang yang secara bersama-sama ingin mencapai tujuan”[14]
Teori klasik mendefinisikan “organisasi sebagai struktur hubungan, kekuasaan-kekuasaan, tujuan-tujuan, peranan-peranan, kegiatan-kegiatan, komunikasi, dan faktor-faktor lain yang terjadi bila orang-orang bekerja sama”[15]. Organisasi adalah wadah berkumpulnya sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama, kemudian mengorganisasikan diri dengan bekerja bersama-sama dan merealisasikan tujuanya, serta organisasi adalah wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya belum dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri.
Organisasi memiliki beberapa unsur, antara lain:
a.    Adanya tujuan, yaitu sesuatu yang ingin diwujudkan serta dicapai sehingga memunculkan adanya tugas, wewenang, dan tanggung jawab.
b.    Adanya pembagian tugas sekelompok orang.
c.    Adanya kerja sama di antara orang-orang yang bekerja[16].
Komponen penting organisasi meliputi :
1.    Tujuan
Merupakan motivasi, misi, sasaran, maksud dan tujuan yang akan dicapai dalam rentang waktu tertentu, Tujuan berdasarkan rentang dan cakupanya dapat di bagi dalam beberapa karakteristik antara lain :
a.       Tujuan Jangka panjang
b.      Tujuan Jangka menengah dan
c.       Tujuan Jangka pendek
2.    Struktur
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan meninjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.
Struktur Organisasi sangat penting untuk dapat dipahami oleh semua komponen dalam rangka menciptakan sistem kerja yang efektif dan efesien. Struktur organisasi merupakan deskripsi bagaimana organisasi membagi pekerjaan dan melaksanakan tugas atau pekerjaannya dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Struktur organisasi juga mengatur siapa yang melaksanakan tugas dan pekerjaan itu. Selain membagi dan mengatur tugas dan pekerjaan yang diemban oleh organisasi, struktur organisasi juga menggambarkan hubungan organisasi secara internal maupun eksternal.
3.    Sistem
Setiap organisasi baik formal maupun informal, akan menganut suatu sistem yang mengatur bagaimana cara organisasi mencapai tujuannya. Untuk itulah setiap organisasi memiliki peraturan-peraturan yang merefleksikan kepentingan-kepentingan organisasi. Sistem pada organisasi itu dapat berupa anggaran dasar, anggaran rumah tangga, peraturan khusus, prosesdur dan peraturan lainnya.  Pada organisasi yang paling kecil, yaitu keluarga, pada dasarnya juga memiliki peraturan-peraturan  sekalipun tidak sekompleks peraturan pada organisasi besar.
Unsur-unsur Organisasi
1.    Manusia (Man), dalam kehidupan organisasi atau ketatalembagaan sering disebut dengan istilah pegawai atau personnel. Pegawai atau personnel terdiri dari semua anggota atau warga organisasi, yang menurut fungsi dan tingkatannya terdiri dari unsur pimpinan (administrator) sebagai unsur pimpinan tertinggi dalam organisasi, para manajer yang memimpin suatu unit satuan kerja sesuai dengan fungsinya masing-masing dan para pekerja (nonmanagement/workers). Semua itu secara bersama-sama merupakan kekuatan manusiawi (man power) organisasi.
2.    Kerjasama, merupakan suatu perbuatan saling membantu atau gotong royong dalam melakukan sesuatu yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu, semua anggota atau semua warga yang menurut tingkatan-tingkatannya dibedakan menjadi administrator, manajer, dan pekerja (workers), secara bersama-sama merupakan kekuatan manusiawi (man power) organisasi.
3.    Tujuan bersama, merupakan arah atau sasaran yang dicapai. Tujuan menggambarkan tentang apa yang akan dicapai atau yang diharapkan. Tujuan merupakan titik akhir tentang apa yang harus dikerjakan. Tujuan juga menggambarkan tentang apa yang harus dicapai melalui prosedur, program, pola (network), kebijaksanaan (policy), strategi, anggaran (budgeting), dan peraturan-peraturan (regulation) yang telah ditetapkan.
4.    Peralatan (Equipment), terdiri dari semua sarana, berupa materi, mesin-mesin, uang, dan barang modal lainnya (tanah, gedung/bangunan/kantor).
5.    Lingkungan (Environment), Faktor lingkungan misalnya keadaan sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi termasuk dalam unsur lingkungan.
6.    Kekayaan Alam
7.    Kerangka/Konstruksi Mental Organisasi.
Jadi dapat disintesiskan bahwa pemahaman siswa tentang kebebasan berorganisasi adalah suatu kemampuan untuk menterjemahkan, menafsirkan, dan membedakan yang meliputi mempunyai tujuan bersama, adanya pembagian tugas kelompok, serta adanya kerjasama diantara orang yang bekerja.


2.    Hakekat Perilaku Menghargai Teman
Louis Thursthone, Rensis Likert dan Charles menyatakan bahwa “prilaku adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Prilaku seseorang terhadap suatu obyek perasaan mendukung atau memihak. Thourstone sendiri menyimpulkan “prilaku sebagai “Derajat Efek”, efek positif atau negatif terhadap suatu obyek psikologi”[17]. Sedangkan Secord dan Backman mendefinisikan “prilaku ialah kelenturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (Kognisi), prodisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya”[18].
Dalam konteks pendidikan, Benjamin S. Bloom mengungkapkan tiga kawasan (domain) perilaku individu beserta sub kawasan dari masing-masing kawasan, yakni : kawasan kognitif, kawasan afektif dan kawasan psikomotor. Taksonomi perilaku di atas menjadi rujukan penting dalam proses pendidikan, terutama kaitannya dengan usaha dan hasil pendidikan. Segenap usaha pendidikan seyogyanya diarahkan untuk terjadinya perubahan perilaku peserta didik secara menyeluruh, dengan mencakup semua kawasan perilaku[19].
Bohar Soeharto merumuskan “perilaku sebagai proses hasil belajar. Dalam proses belajar itu terjadi interaksi antara individu dan dunia sekitarnya”[20]. Sebagai hasil interaksi maka jawaban yang terlihat dari seseorang individu akan dipengaruhi oleh hal-hal atau kejadian-kejadian yang pernah dialami oleh individu tersebut maupun oleh situasi masa kini.
Macam-macam perilaku diantaranya :
1.    Perilaku negatif yang nyata adalah perilaku yang bertentangan dengan aturan dan norma-norma yang berlaku dimana perilaku itu didasarkan atas desakan dari dalam, bukan karena pengaruh dari luar. Jadi perilaku ini merupakan perilaku murni, tidak dibuat-buat, sesuai dengan tabiat orang tersebut.
2.    Perilaku positif yang nyata adalah perilaku yang didasarkan aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku yang dilakukan atas dasar kesadaran dari orang yang bersangkutan, bukan karena takut hukuman atau sangsi dari organisasi.
3.    Perilaku negatif yang diarahkan adalah perilaku yang bertentangan dengan aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku dimana perilaku itu dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar lingkungan.
4.    Perilaku positif yang diarahkan adalah perilaku yang tidak bertentangan dengan aturan-aturan atau norma-norma yang berlau di mana perilaku itu dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar, atau disebabkan oleh suatu motif tertentu.
Abdul Azis Wahab berpendapat “bahwa yang dikatakan dengan tenggang rasa atau tepo seliro adalah sikap seseorang menempatkan perasaannya pada perasaan orang lain”[21]. Konsep tenggang rasa ini seperti halnya konsep mencintai adalah merupakan perwujudan dari adanya saling mencintai sesama manusia, maka akan timbul keinginan untuk dapat mencintai orang lain sebagai mana mencintai dirinya sendiri, sampai akhirnya timbul keinginan untuk tenggang rasa, yaitu merasakan apa yang dialami oleh orang lain seolah-olah terjadi pula atas dirinya, sehingga dalam perbuatannya selalu diimbangi dengan penuh pengertian dengan dasar tidak buruk sangka.
Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Istilah toleransi juga digunakan dengan menggunakan definisi “kelompok” yang lebih luas, misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi, baik dari kaum liberal maupun konservatif.
Toleransi dalam kehidupan masyarakat untuk mewujudkan kerukunan dan ketenangan antar sesama suku, golongan, agama, dan lain-lain yang berbeda-beda, kita hendaknya menyadari bahwa kita merupakan satu bangsa yang hidup bersama-sama di tempat yang sama dan dengan tujuan nasional yang sama pula.
Sikap toleransi sangat perlu dikembangkan karena;
1. Karena kita sebagai makhluk sosial, tidak bisa lepas dari bantuan rang lain. Jadi sikap toleransi itu sangatlah perlu dilakukan, sebagai makhluk sosial yang memerlukan bantuan terlebih dahulu maka kitalah yang hendaknya terlebih dahulu mengembangkan sikap toleransi itu, sebelum orang lain yang bertoleransi kepada kita. Jadi jika kita memerlukan bantuan orang lain, maka dengan tidak ragu lagi orang itu pasti akan membantu kita, karena terlebih dahulu kita sudah membina hubungan baik dengan mereka yaitu saling bertoleransi.
2. Sikap toleransi akan menciptakan adanya kerukunan hidup. Jika dalam suatu masyarakat masing-masing individu tidak yakin bahwa sikap toleransi akan menciptakan adanya kerukunan, maka bisa dipastikan jika dalam masyarakat tersebut tidak akan tercipta kerukunan. Sikap toleransi dapat diartikan pula sebagai sikap saling menghargai, jika kita sudah saling menghargai otomatis akan tercipta kehudupan yang sejahtera.
Nilai moral keramahtamahan yang perlu ditekankan bagi generasi muda bangsa Indonesia, diantaranya ;
a.       Lapang dada, maksudnya tidak lari dari masalah yang harus dipecahkan.
b.      Berjiwa besar, maksudnya dalam menghadapi segala macam hambatan, tantangan, ancaman, dan gangguan yang dating baik dari dalam negeri maupun yang dating dari luarnegeri, bangsa Indonesia harus menghadapinya dengan berjiwa besar.
c.       Kekeluargaan, maksudnya segala macam masalah dapat dipecahkan melalui musyawarah.
d.      Saling menghargai, maksudnya diantara sesame manusia harus saling menghargai satu sama lainnya.
e.       Menghormati sesama, maksudnya manusia mempunyai hak dan kewajiban atas sikap saling menghormati dan setiap orang mempunyai hak untuk dihormati.
f.       Suka menolong, maksudnya dalam memberikan pertolongan hendaknya tidak membeda-bedakan suku bangsa, ras, dan agama.[22]
  Dalam kesetiakawanan sosial terkandung nilai moral yang diperlukan diantaranya sebagai berikut :
1.      Tolong menolong, nilai moral ini tampak dalam kehidupan masyarakat, seperti tolong menolong sesame tetangga, sesama teman, dan lain-lain.
2.      Gotong royong, nilai moral ini masih banyak dilakukan di daerah pedesaan, seperti menggarap sawah dan membuat rumah.
3.      Kerja sama, nilai moral ini mencerminkan sikap mau bekerja sama dengan orang lain walaupun berbeda suku bangsa, ras, warna kulit, agama.
4.      Nilai kebersamaan, nilai moral ini ada karena adanya keterikatan diri dan kepentingan, kesetiaan diri dan sesama, saling membantu dan membela, misalnya menyumbang korban bencana alam.[23]
Tenggang rasa mendukung harmonisnya kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Agar tenggang rasa membudaya dalam lingkungan kehidupan masyarakat, kita harus menjadikan tenggang rasa itu sebagai bagian dari kepribadian kita. Untuk itu, setiap orang harus mengembangkan sikap-sikap sebagai berikut :
a.    berperasaan halus, tidak menyinggung perasaan orang lain
b.    mau memahami sekaligus menghargai sikap dan pendirian orang lain
c.    berani mengalah demi kebenaran
d.   bertutur bahasa lembut dengan menggunakan kata-kata yang sopan
e.    supel dan luwes dalam pergaulan
f.     tahu bagaimana bersikap di hadapan yang lebih tua dan rekan sebaya
g.    berusaha untuk selalu ramah dan rendah hati terhadap orang lain
h.    membina toleransi beragama
i.      menghindari perpecahan, bahkan sedapat mungkin melerainya untuk menciptakan kerukunan
j.      menghargai kekhasan orang lain serta memberi kesempatan pada orang lain untuk mengungkapkan diri sesuai dengan kekhasannya (kepribadiannya)
k.    mengkritik atau menegur kesalahan orang lain tanpa menyinggung perasaannya
l.      menghindari tindakan melecehkan orang lain
m.  mampu menyesuaikan diri dengan suasana hati atau perasaan orang lain (apakah sedang senang, sedih, apakah dalam situasi serius atau santai)
n.    membuka diri kepada siapa saja, tanpa membedakan asal-usul, jenis kelamin, dan keturunan[24].
Dari teori-teori yang dikembangkan diatas maka disintesiskan bahwa perilaku menghargai teman adalah suatu tindakan dalam menghadapi suatu obyek, ide dan situasi atau nilai di dalam berperilaku yang meliputi tolong menolong, gotong royong, kerja sama, serta nilai kebersamaan.

B.  Kerangka Berpikir

Pendidikan adalah suatu proses, bersama proses itu anak bertumbuh dan berkembang dalam belajar. Pendidik dengan sengaja mempengaruhi arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan diterima dan berlaku dalam masyarakat. Kuat lemahnya pengaruh itu sangat bergantung pada tata tertib yang ditetapkan dan dicontohkan oleh guru.
Organisasi merupakan suatu perkumpulan yang anggotanya terdiri atas beberapa orang untuk melakukan kerja sama dalam upaya mencapai tujuan bersama. Jadi, organisasi adalah tempat berkumpulnya orang-orang demi tujuan tertentu. Orgnisasi terbentuk bila dua orang atau lebih maupun sekelompok orang yang bekerja sama dan menjalankan suatu pekerjaan atau kegiatan demi mencapai tujuan yang sama pula. Dalam suatu organisasi terdapat pembagian tugas. Pembagian tugas yang dilakukan harus disesuaikan dengan kemampuan setiap individu.
Untuk memotivasi siswa agar dapat memahami, mengerti tentangkebebasan berorganisasi serta perilaku menghargai teman maka diberikan pelajaran PKn, budi pekerti dan agama yang berhubungan dengan nilai-nilai norma yang ada baik di sekolah maupun di masyarakat. Dengan pelajaran tersebut akan membantu meningkatkan pengetahuan siswa tentang kebebasan berorganisasi dengan perilaku menghargai teman. Dasar yang diajarkan atau diberikan di sekolah harus kuat berkualitas agar siswa dapat menerima pelajaran dengan baik dan benar.
Konsep menghargai teman ini seperti halnya konsep mencintai adalah merupakan perwujudan dari adanya saling mencintai sesama manusia, makaakan timbul keinginan untuk dapat mencintai orang lain sebagai mana mencintai dirinya sendiri, sampai akhirnya timbul keinginan untuk tenggang rasa, yaitu merasakan apa yang di alami oleh orang lain seolah-olah terjadi pula atas dirinya, sehingga dalam perbuatannya selalu diimbangi dengan penuh pengertian dengan sadar tidak buruk sangka.
Pemahaman siswa tentang pengertian organisasi adalah suatu perkumpulan yang anggotanya mempunyai tujuan bersama, adanya pembagian tugas kelompok, serta adanya kerjasama diantara orang yang bekerja.
Perilaku menghargai teman adalah suatu tindakan dalam menghadapi suatu obyek, ide dan situasi atau nilai di dalam berperilaku yang meliputi tolong menolong, gotong royong, kerja sama, serta nilai kebersamaan.
Semakin baik pemahaman siswa tentang pengertian organisasi, maka akan semakin baik pula perilaku menghargai teman atau sebaliknya semakim buruk pemahaman siswa tentang pengertian organisasi maka akan semakin buruk pula perilaku menghargai teman. Sehingga diduga terdapat hubungan antara pemahaman siswa tentang pengertian organisasi dengan perilaku menghargai teman di SDN Harjamekar 04 Cikarang Utara Bekasi.

C.  Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teoritis dan kerangkan berpikir di atas, maka penulis mengajukan hipotesis “Terdapat hubungan positif antara pemahaman siswa tentang pengertian organisasi dengan perilaku menghargai teman di SDN Harjamekar 04 Cikarang Utara Bekasi”.
















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.  Tujuan Penelitian
Adapun pembuatan skripsi ini bertujuan ingin mengetahui dan mendapatkan data empiris mengenai adanya pemahaman siswa tentang pengertian organisasi dengan perilaku menghargai teman di SDN Kalijaya 07 Cikarang Barat Bekasi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini diadakan di SDN Kalijaya 07 Cikarang Barat Bekasi, adapun waktu penelitian terhitung setelah seminar proposal.

C. Metode Penelitian
Berdasarkan variabel yang diteliti, masalah yang dirumuskan dan dihipotesis yang diajukan, maka penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan korelasi untuk melihat hubungan dua variabel.
.
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa seluruh siswa SDN Kalijaya 07 Cikarang Barat Bekasi yang berjumlah 386 siswa. Sedangkan sampel diambil dari kelas V yang terdiri dari 2 kelas yang berjumlah 60 siswa, kelas A berjumlah 30 siswa untuk dijadikan sampel, sedangkan kelas B berjumlah 30 siswa untuk dijadikan penelitian. Adapun alasan pengambilan sampel di kelas V karena mereka sudah diajarkan cara berorganisasi dikelas.

E. Instrumen Penelitian
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pemahaman siswa tentang pengertian organisasi merupakan variabel bebas menggunakan tes, yaitu tes piligan ganda (a, b, c, dan d) dengan kategori nilai 1 untuk jawaban yang benar dan nilai 0 untuk jawaban yang salah. Sedangkan untuk memperoleh data mengenai perilaku menghargai teman yang merupakan variabel terikat menggunakan angket memakai skala prilaku, pada skala ini alternatif jawaban adalah selalu (Sl) skor 3, kadang-kadang (KK) skor 2, tidak pernah (TP) skor 1, untuk pertanyaan positif dan untuk pertanyaan negatif adalah sebaliknya.
Dalam pengisian angket responden hanya menuliskan tanda ceklis (√) dan untuk mengisi tes pilihan ganda, responden hanya memberikan tanda silang (X), pada jawaban yang telah tersedia. Jumlah butir soal untuk variabel bebas sebanyak 30 pertanyaan, sedangkan untuk variabel terikat sebanyak 30 pernyataan.
Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba, untuk mengetahui validitas dan reliabilitas hasil pengukurannya, sehingga memenuhi syarat untuk digunakan dalam penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Bertitik tolak dari bentuk data hubungan pemahaman siswa tentang pengertian organisasi dengan perilaku menghargai teman di kelompokkan dan ditabulasikan sesuai dengan fungsinya, yaitu : untuk data X pemahaman siswa tentang pengertian organisasi dan data Y adalah perilaku menghargai teman. Untuk data X dan Y menggunakan rumus korelasi product moment “r”, yaitu sebagai berikut :

rXY        =                n . ∑XY  -  (∑X) (∑Y)
       
        n . ∑X2 – (∑X)2    n. ∑Y2 – (∑Y)2      

Keterangan :
rXY                   =  koefisien korelasi product moment
∑X              =  jumlah skor dalam sebaran X
∑Y              =  jumlah skor dalam sebaran Y
∑X2                        =  jumlah kuadrat skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
∑Y2                        =  jumlah kuadrat skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
∑XY           =  jumlah hasil kali dari sebaran X dan sebaran Y
n                  =  jumlah sampel



DAFTAR PUSTAKA

Abdulkarim. Aim, Memahami PPKn 2, Bandung, Ganeca Exact, 2000

Arikunto. Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta, Bumi Angkasa, 2007

Azwar. Saifudin, Sikap Manusia, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offest, 1998

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, Jakarta, Proyek Pengembangan Perpustakaan, 1986

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Reneka Cipta, 2002

Hutabara. E.F, Cara Belajar, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1989

Partowisastro. H. Koestoer, Dinamika dalam Psikologi Pendidikan Jilid 1, Jakarta, Erlangga, 1983

Surya. Muhamad, Psikologi Pendidikan, Bandung, Pembangunan Jaya, 1992

Tim Eska Media, Edisi Lengkap UUD 1945 Hasil dan Proses Amandemen Pertama – Keempat, Jakarta, Eska Media, tt

Tu’u. Tulus, Peranan Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta, Grasindo, 2004

Wahab. Abdul Azis, dkk, Pendidikan Pancasila 2, Jakarta, Depdikbud, 1996

Wingkel. W.S, Psikologi Pengajaran, Jakarta, Gramedia, 1995


http://carapedia.com/pengertian definisi organisasi menurut para ahli_info484.html

http://evulee.wordpress.com/2010/10/12/teori-organisasi/








[1] Abdul Azis Wahab, dkk, Pendidikan Pancasila 2, (Jakarta, Depdikbud, 1996), h. 70
[2] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta, Reneka Cipta, 2002), h. 28
[3] Muhamad Surya, Psikologi Pendidikan, (Bandung, Pembangunan Jaya, 1992), h. 60
[4] E.F. Hutabara, Cara Belajar, (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1989), h. 50
[5] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta, Bumi Angkasa, 2007), h. 118
[6] H. Koestoer Partowisastro, Dinamika dalam Psikologi Pendidikan Jilid 1, (Jakarta, Erlangga, 1983), h. 22
[7] Muhamad Surya, Psikologi Pendidikan, (Bandung, Pembangunan Jaya, 1992), h. 60
[8] W.S Wingkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta, Gramedia, 1995), h. 245
[9]  http://evulee.wordpress.com/2010/10/12/teori-organisasi/
[10] Tim Eska Media, Edisi Lengkap UUD 1945 Hasil dan Proses Amandemen Pertama – Keempat, (Jakarta, Eska Media, tt), h. 22
[11] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta, Proyek Pengembangan Perpustakaan, 1986)
[12] http://carapedia.com/pengertian definisi organisasi menurut para ahli_info484.html
[13] http://hmti.wordpress.com/2008/02/22/definisi-dan-pengertian-organisasi/
[17] Saifudin Azwar, Sikap Manusia, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offest, 1998), h. 4-5
[18] Ibid,  h. 6
[20] Tulus Tu’u, Peranan Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta, Grasindo, 2004), h. 63
[21] Abdul Azis Wahab, dkk, Pendidikan Pancasila 2, (Jakarta, Depdikbud, 1996), h. 70
[22] Aim Abdulkarim, Memahami PPKn 2, (Bandung, Ganeca Exact, 2000), h. 13-14
[23] Ibid. h. 72
[24] Marga Ruswanda. Op.Cit. h. 54

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PENGEMBANGAN DIRI KEPALA SEKOLAH DIKLAT PENGUATAN KEPALA SEKOLAH ANGKATAN II TAHUN 2019

TEBAK-TEBAKAN LUCU

Pembelajaran Aktif (Active Learning)