PTK BAB I - BAB III Upaya guru meningkatkan kerja sama siswa melalui pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran PKn Di SDN Kalijaya 07 Cikarang Barat Bekasi



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sistem pendidikan nasional merupakan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional secara menyeluruh. Komponenpendidikan adalah semua hal yang berkaitan dengan jalannya proses pendidikan. Jika salah satu komponen tidak ada, proses pendidikan tidak akan bisa dilaksanakan.
Didalam Peraturan Pemerintah Rerpublik Indonesia No. 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar, pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sintem Pendidikan Nasional, pada pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Didalam kegiatan belajar mengajar guru dihadapkan pada siswa. Siswa yang dihadapi oleh guru rata-rata satu kelas yang terdirin dari empat puluh orang. Kemungkinan dapat terjadi seorang guru menghadapi sejumlah ratusan siswa. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya keterampilan mengorganisasi siswa agar belajar. Guru juga menghadapi bahan pengetahuan yang berasal dari buku teks, dari kehidupan, sumber informasi lain, atau kenyataan di sekitar sekolah. Dengan menghadapi sejumlah pebelajar, berbagai pesan yang terkandung dalam bahan ajar, peningkatan kemampuan pebelajar, dan proses pemerolehan pengalaman, maka setiap guru memerlukan pengetahuan tentang pendekatan pembelajaran terhadap siswa.
Lembaga pendidikan hendaknya berfungsi untuk mncapai tugas-tugas perkembangan anak. Sekolah mempunyai peranan dalam mencapai tugas-tugas perkembangan mental. Hal yang primer ialah sekolah harus mengajarkan latihan-latihan dalam perkembangan membaca, menulis, dan berhitung. Tetapi pada beberapa masyarakat sekolah dapat menolong lebih dari ini misalnya perkembangan sosial. Tidak semua tugas perkembangan dapat dipenuhi oleh sekolah mengingat bahwa tugas perkembangan itu saling tergantung satu sama lain. Misalnya kegagalan dalam tugas-tugas akademis dapat pula berakar pada kegagalan tugas-tugas perkembangan sebelumnya.
Peran guru yang sangat penting adalah menjadi fasilitator belajar. Tujuannya adalah mempermudah proses belajar. Cara yang dilakukan guru antara lain adalah dengan cara membimbing siswa belajar, menyediakan media dan sumber belajar, memberikan penguatan belajar, menjadi teman dalam mengevaluasi pelaksanaan, cara dan hasil belajar, serta memberi kesempatan siswa untuk memperbaiki diri. Mendidik merupakan pekerjaan yang profesional, memberikan petunjuk bahwa tidak setiap orang dapat melaksanakan profesi mendidik (pendidik). Seorang pendidik yang profesional, tidak saja harus memiliki kemampuan profesional saja, tetapi juga harus memiliki kemampuan personal dan kemampuan sosial.
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.
Interaksi belajar mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan interaksi, dan tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar disatu pihak, dengan warga belajar (siswa) yang sedang melaksanakan kegiatan belajar di fihak lain. Interaksi antara pengajar dengan warga belajar, diharapkan merupakan suatu proses motivasi. Maksudnya bagaimana dalam proses interaksi itu fihak pengajar mampu memberikan dan mengembangkan motivasi serta reinforcement kepada pihak warga belajar (siswa), agar dapat melakukan kegiatan belajar secara optimal.
Disini guru sebagai pengajar tidak mendoninasi kegiatan tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreatifitasnya, melalui kegiatan belajar. Diharapkan potensi siswa dapat sedikit demi sedikit berkembang menjadi komponen penalaran yang bermoral, manusia-manusia aktif dan kreatif yang beriman. Motivasi di dalam kelas memberikan pengaruh, baik kepada proses belajar, maupun kepada tingkah laku para siswa. Para siswa yang dimotivasi untuk belajar, yaitu yang dibangkitkan minatnya kedalam apa yang mereka harus kerjakan, maka ia akan belajar dengan lebih baik. Para siswa yang giat dalam belajar, pada umumnya dapat menghindarkan dirinya dari tingkah laku yang menyimpang.
Kualitas pendidikan dasar, khususnya pada sekolah dasar harus dilaksanakan secara terpadu, sistematis, bertahap dan berkesinambungan. Hal ini dilaksanakan oleh:
1. Kesiswaan, terutama yang menyangkut aspek pencegahan terjadinya drop out dan mengulang kelas di Sekolah Dasar, pembinaan pertumbuhsan fisik siswa dan pembinaan proses serta hasil belajarnya.
2. Ketenangan, baik guru maupun non guru.
3. Kurikulum serta sarana dan prasarana.
4. Penyediaan dana dan pengelolaannya.
5. Organisasi dan manajemen sekolah.
6. Proses belajar mengajar.
7. Kerjasama sekolah dan masyarakat melalui komite sekolah, dan sebagainya.
Ada beberapa upaya guru yang harus dilakukan, antara lain :
1.      Persiapan pembelajatan.
2.      Pelaksanaan pembelajaran.
3.      Evaluasi atau penilaian pembelajaran.
Dalam tahap persiapan guru perlu menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan baik dan benar, yaitu dengan mempertimbangkan karakteristik kondisi kelas atau sekolah tempat bertugas. Pada tahap pelaksanaan guru perlu konsisten melaksanakan proses belajar mengajar sesuai rencana yang tertulis di dalam silabus dan RPP. Dalam hal ini seorang guru sebelum melaksanakan proses belajar harus merasa yakin terlebih dahulu bahwa rencana pembelajaran yang telah di tulis adalah ideal untuk dilaksanakan. Berikutnya adalah penilaian atau evaluasi. Dalam hal ini guru perlu merubah paradigma, kalu dahulu penilaian itu cenderung hanya dilakukan setelah selama proses pembelajaran berlangsung dan setelah proses pembelajaran selesai.
Faktor yang mempengaruhi terlaksananya proses pembelajaran di kelas cukup banyak, antara lain :
1.      Kondisi manajemen sekolah, dalam hai ini terutama kepemimpinan kepala sekolah.
2.      Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan terutama yang ada keterkaitannya secara langsung dengan proses pembelajaran di dalam kelas, seperti ketersediaan alat peraga, laboratorium bahasa, dan buku-buku bacaan baik sastra/non sastra.
3.      Kondisi siswa, setiap sekolah emiliki kondisi masukan siswa baru yang berbeda-beda, ada sekolah yang masukan siswa barunya memiliki rata-rata kecerdasan atau kepandaian yang tinggi, ada yang sedang dan ada pula sekolah yang memperoleh masukan siswa yang rata-rata tingkat kecerdasannya rendah. Perbedaan ini biasanya disebabkan oleh perbedaan citra/image sekolah yang bersangkutan di mata masyarakat.
4.      Kondisi guru, setiap sekolah memiliki guru-guru yang berkualitas kemampuannya dalam mempasilitasi pembelajaran di kelas berbeda-beda. Proses pembelajaran yang ideal akan tercipta dalam kelas jika guru di dalamnya yang berkualitas/sangat kompeten, serta didukung oleh manajemen dan sarana prasarana sekolah yang memadai, terlepas dari kondisi apapun siswanya.
Karena siswa sebagai sasaran utama dalam proses pembelajaran di kelas dalam hal ini seorang guru yang professional perlu menyesuaikan diri dengan kondisi siswa yang ada. Penyesuaian guru dapat tergambar dalam hal ketepatan memilih, menetapkan, menerapkan berbagai pendekatan dan metode pembelajaran, juga dalam menentukan jenis alat bantu dan sumber belajar yang digunakan.
Kerjasama merupakan perwujudan azas kekeluargaan, karena berdasarkan azas kekeluargaan, setiap manusia merupakan bagian dari satu kesatuan keluarga besar. Dalam kehidupan keluarga, berkembang perasaan cinta kasih diantara sesama anggotanya yang menimbulkan solidaritas antar sesama manusia. Solidaritas yang berkembang itu dapat dilihat pada kesediaan mereka untuk saling membantu dan melakukan pekerjaan bersama, demi kepentingan bersama. Kerja sama antar berbagai pihak dapat terwujud karena di dorong oleh beberapa faktor, antara lain; adanya persamaan tujuan, adanya persamaan bahwa yang satu merupakan bagian dari yang lainnya, adanya pengakuan persamaan derajat, hak dan kewajiban, dan lain-lain.
Menciptakan suasana belajar kooperatif bukan suatu pekerjaan menciptakan suasana belajar kooperatif bukan suatu pekerjaan mudah, tetapi diperlukan pemahaman filosofis dan keilmuan yang cukup disertai dedikasi yang tinggi serta latihan yang serius dan terus-menerus. Kerjasama dalam belajar akan menumbuhkan keterampilan menjalin hubungan antar pribadi. Hal ini terjadi karena dalam kerjasama kooperatif yang dapat pula ditekankan aspek-aspek:  tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik orangnya berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sikap positif lainnya.
SD Negeri Kalijaya 07 berlokasi di Desa Kalijaya Kecamatan Cikarang Barat Bekasi, adapun lokasi sekolahnya dekat dengan Terminal Baru Cikarang Bekasi, disamping PT Sinta Group, dekat sarana pribadatan khususnya Masjid, warga masyarakat pada umumnya berekonomi menengah kebawah dan masih kurang kesadaran akan pentingnya pendidikan sehingga perlu ditingkatkan lagi pendidikannya, akan tetapi mereka masih mengajarkan etika dan moral serta agama yang tinggi, sikap sosial yang tinggi atau sikap tolong menolong masih terjaga dengan baik, seharusnya mereka menjadi siswa yang berbudi pekerti, mengerti akan kebersamaan, cinta terhadap sesama, mempunyai sikap sosial yang tinggi dan mengerti akan rasa kebersamaan sehingga terciptanya semangat persatuan dan kesatuan serta solidaritas diantara siswa.
Namun dalam kenyataannya kerjasama tersebut masih sangat jauh dari harapan. Seperti tidak mau ikut kerja bakti di sekolah, kurang tanggap terhadap kebersihan kelas, kurangnya rasa kebersamaan seperti mengerjakan tugas kelompok, cinta terhadap sesama teman, melaksanakan piket mereka acuh tak acuh karena sudah adanya petugas kebersihan dari sekolah, kurang peduli terhadap teman yang sakit atau terkena musibah, serta kadang-kadang suka memilih-milih teman sepermainan, pada waktu diskusi tidak mau berbicara dan hanya diam saja, enggan melaksanakan kerja kelompok. 
Walaupun di sekolah guru sudah mengajarkan mata pelajaran nilai-nilai budi pekerti khususnya tentang kerja sama, namun belum sepenuhnya dilaksanakan oleh para siswa dan pada kenyataannya di SD Negeri Kalijaya 07 masih banyak siswa yang belum mengerti dan memahaminya. Adapun penelitian yang dilakukan di sini adalah penelitian tindakan (Action Research). Berdasarkan kenyataan tersebut diatas penulis tertarik mengambil judul skripsi ini untuk diteliti, yaitu : “Upaya Guru untuk Meningkatan Kerja Sama Siswa melalui Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran PKn Di SD Negeri Kalijaya 07 Cikarang Barat Bekasi”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian yang dikemukakan diatas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana upaya guru meningkatkan kerja sama siswa melalui pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran PKn Di SDN Kalijaya 07 Cikarang Barat Bekasi?”.


C.    Pemecahan Masalah
Dalam pemecahan masalah, peneliti memberikan arahan, pembinaan dan bimbingan terhadap guru dalam meningkatkan kerja sama siswa melalui pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran PKn di SDN Kalijaya 07 Cikarang Barat Bekasi.

D.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam dalam upaya guru untuk meningkatan kerjasama siswa antara lain: Guru dapat meningkatkan strategi dan kualitas mengajar khususnya di kelas V SDN Kalijaya 07 dalam pembelajaran kooperatif. Siswa merasa mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, ide, gagasan, dan pertanyaan. Siswa dapat bekerja secara kelompok serta mampu mempertanggungjawabkan segala tugas kelompok, serta menguasai materi pelajaran secara tuntas.
Kemudian untuk mengetahui secara jelas upaya apa sehingga kerja sama siswa dapat meningkat melalui pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran PKn. Kemudian faktor apa yang menjadi kendala sehingga siswa kurang memahami arti kerja sama yang terjadi di sekolah yang berlangsung sekarang ini, juga untuk mengetahui gambaran dari masalah yang diteliti.

E.     Manfaat Penelitian
Adapun manfaat pembuatan skripsi ini untuk :
1.      Mengetahui strategi pembelajaran kooperatif dalam meningkatkan kerja sama siswa Di SDN Kalijaya 07 Cikarang Barat Bekasi, serta mengumpulkan data upaya tersebut untuk pengolahan data selanjutnya.
2.      Bagi guru peneliti ini diharapkan agar menjadi tolak ukur dalam perkembangan siswa
3.      Bagi penulis hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pikiran dan bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya dalam rangka penelitian pendidikan.
4.      Bagi SDN Kalijaya 07 Cikarang Barat Bekasi, penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk mengevaluasi sikap siswa di dalam kerja sama.







BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN

FOKUS PENELITIAN


A. Kajian Pustaka
1. Upaya Guru Untuk Meningkatkan Kerja Sama Siswa
Di dalam PPRI N0. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, pada Bab VI pasal 28, menyatakan pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional[1].
Beberapa aspek utama yang merupakan kecakapan serta pengetahuan dasar bagi guru, yaitu ;
2.      Guru harus dapat memahami dan menempatkan kedewasaannya.
3.      Guru harus mengenal diri siswanya.
4.      Guru harus memiliki kecakapan memberi bimbingan.
5.      Guru harus memiliki dasar pengetahuan yang luas tentang tujuan pendidikan di Indonesia pada umumnya sesuai dengan tahap-tahap pembangunan.
6.      Guru harus memiliki pengetahuan yang bulat dan baru mengenai ilmu yang diajarkan.
Westby dan Gibson mengemukakan ciri-ciri keprofesionalan di bidang pendidikan sebagai berikut;
a.       Diakui oleh masyarakat dan layanan yang diberikan itu hanya dikerjakan oleh pekerja yang dikategorikan sebagai suatu profesi.
b.      Dimilikinya sekumpulan bidang ilmu pengetahuan sebagai landasan dari sejumlah teknik dan prosedur yang unik.
c.       Diperlukan persiapan yang sengaja dan sistematis, sebelum orang itu dapat melaksanakan pekerjaan professional.
d.      Dimiliki mekanisme untuk menyaring sehingga orang yang berkompeten saja yang diperbolehkan bekerja.
e.       Dimilikinya organisasi professional untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat[2].

Adapun kewajiban guru menurut Syarif Hidayat adalah ;
a.       Merencanakan, melaksanakan, menilai, dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
b.      Secara kontinyu meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi sejalan dengan perkembangan ipteks;
c.       Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
d.      Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan
e.       Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa[3].
Kiat Mewujudkan guru professional, antara lain :
1.      Alasan perlunya percepatan pengembangan mutu guru.
2.      Standar mutu guru.
3.      Strategi percepatan pengembangan mutu.
4.      Musuh yang siap menghajar guru; (a) Anggapan budaya baca itu berat, (b) Kurang PD, (c) Erosi idialisme, (d) Malas, (e) Rutinitas, (f) Asumsi menulis itu sulit.
5.      Tip yang menguntungkan dan menyenangkan. Tip dari guru professional ; (a) Surga dunia bila bisa capai kepaduan; Work, Leisure, Learning, (b) Kemampuan professional tunjang karis, (c) Belajar bermanfaat bagi kesehatan (sel-sel otak aktif tak mudah strok), (d) Berhasil dalam belajar berdampak + ekonomi, (e) Tataran professional dapat hilangkan rasa kurang percaya diri, dll.
6.      Kiat kembangkan profesi guru/profesionalisme; (a) Berani coba manajemen hidup total, (b) Berani menjadi guru pendaki, (c) berani dan kreatif bikin formula sukses, (d) berani gunakan standar life skills[4].

UURI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pada Bab I  pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Kemudian pada Bab II pasal 2 (1) Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikasi pendidik[5].

Di dalam pendidikan guru dikenal adanya “Pendidikan guru berdasarkan kompetensi” atau lebih dikenal dengan istilah sepuluh kompetensi guru, antara lain:
1.      Menguasai bahan.
2.      Mengelola program belajar mengajar.
3.      Mengelola kelas.
4.      Menggunakan media/sumber.
5.      Menguasai landasan-landasan kependidikan.
6.      Mengelola interaksi belajar mengajar.
7.      Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
8.      Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
9.      Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
10.  Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran[6].

Standar mutu guru dapat dilihat pada skema dibawah ini[7] :


 
                                                                                    1. Watak/mentak
                                                                         (jujur, etos kerja, semangat maju
                                                                         dan komitmen)





 



                                                                                    2. Akademik
                                                                        (Alumni PT +, bidang studi yang
                                                                        diajarkan, kiat mengajarkannya,
                                                                        etos belajar).










 



  Guru harus memiliki                                                  3. Kompetensi Sosial
  4 keunggulan                                                 (Kerja sama dan kompetensi,
                                                                        rendah hati, terbuka).


 


                                                                                   
4. Kesejahteraan
                                                                      Sandang, pangan, papan, pendidikan
                                                                      anak, kecerdasan, keuangan.


 


Ket. Butir 1, 2, 3 diamanatkan oleh UU Guru dan Dosen.


Adapun tugas pendidik yaitu :
a.       Membentuk manusia susila
b.      Membentuk manusia susila yang cakap
c.       Membentuk warga negara
d.      Membentuk warga negara yang demokratis
e.       Membentuk warga negara yang bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air[8].
Manusia adalah “zoon politicon” artinya manusia adalah makhluk yang berfikir dan ingin hidup berkelompok dengan manusia lain dalam memenuhi segala kebutuhan hidup. Karena manusia selain sebagai makhluk pribadi juga sebagai makhluk sosial yang tidak dapat melangsungkan hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia bukan hidup bersama (social being), tetapi mereka juga harus mengorganisir, mengatur kehidupan bersama (political being). Untuk itu perlu landasan persatuan, agar sifat monodualisnya tidak berkembang kearah perpecahan.
Kerjasama merupakan suatu bentuk perwujudan dari pada hubungan dua orang atau lebih dalam usaha mencapai tujuan bersama. Jadi tujuan daripada orang-orang melakukan kerja sama ialah untuk mewujudkan apa yang menjadi tujuan bersama mereka. Agar orang-orang yang bekerja sama itu dapat mencapai tujuan maka perlu adanya hubungan yang baik. Hubungan yang dilakukan oleh orang-orang dalam usaha mencapai tujuan bersama dinamakan hubungan kerja sama. Dengan demikian dalam kerja sama paling tidak terdapat dua unsur, yaitu tujuan bersama dan hubungan kerja[9].

Kerjasama merupakan perwujudan azas kekeluargaan, karena berdasarkan azas kekeluargaan, setiap manusia merupakan bagian dari satu kesatuan keluarga besar. Dalam kehidupan keluarga, berkembang perasaan cinta kasih diantara sesama anggotanya yang menimbulkan solidaritas antarsesama manusia. Solidaritas yang berkembang itu dapat dilihat pada kesediaan mereka untuk saling membantu dan melakukan pekerjaan bersama, demi kepentingan bersama. Kerja sama antar berbagai pihak dapat terwujud karena di dorong oleh beberapa faktor, antara lain; adanya persamaan tujuan, adanya persamaan bahwa yang satu merupakan bagian dari yang lainnya, adanya pengakuan persamaan derajat, hak dan kewajiban, dan lain-lain.
John D. Millet mengatakan bahwa “organisasi adalah orang-orang yang bekerja sama dengan mengandung ciri-ciri dari hubungan kemanusiaan yang timbul di dalam kegiatan kelompok”[10]. Chester I. Barnard menyatakan “organisasi merupakan suatu system usaha antara dua orang atau lebih, sesuatu yang tidak berwujud dan tidak bersifat pribadi, yang sebagian besar mengenai hubungan-hubungan kemanusiaan”[11].
Sondang P. Siagian menyatakan organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama dan terikat secara formal dakam suatu ikatan hirarki dimana selalu terdapat hubungan antara seorang atau sekelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan[12].

Sikap mau bekerja sama (koperatif) adalah “perilaku yang biasa bergaul dan memperlakukan sesama atau orang lain secara manusiawi, tidak egois, dan munafik dalam kehidupan sosial serta selalu siap membantu siapapun”[13]. “Arti kerja sama Republik Indonesia dengan negara lain adalah hubungan yang saling menguntungkan antara negara Indonesia dengan negara lain”[14]. Menurut M. Taopan adalah sebagai berikut : “Sebagai sesuatu bentuk kerjasama diantara sesama warga yang dilandasi oleh prinsip kekeluargaan sehingga hasilnya menjadi milik bersama dan untuk kepentingan bersama”[15].
Contoh-contoh perwujudan kerja sama di dalam kehidupan sehari-hari diantaranya adalah : menyelesaikan suatu masalah yang harus diselesaikan secara bersama-sama, seperti menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru untuk dikerjakan secara berkelompok.
Dari contoh tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk perbuatan yang luhur yang bertumpu pada suasana kerja sama, diantaranya :
1.      Dengan ikhlas menggantikan orang lain melakukan sesuatu pekerjaan yang harus diselesaikan secepatnya demi kepentingan orang banyak/kepentingan bersama
2.      Dengan sukarela menyisihkan sebagian barang dan dana hasil usaha sendiri untuk membantu mereka yang dilanda bencana.
3.      Aktivitas spontan seorang pelajar, dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dalam mata pelajaran tertentu yang harus dikerjakan secara berkelompok.
Williams, Woodward and Dobson menyatakan ada beberapa penjelasan mengapa manusia mau melakukan kerjasama :
  1. Motivasi memperoleh rewards atau khawatir akan mendapatkan punisment.
  2. Motivasi kesetiaan.
  3. Motivasi moral, dapat efektif apabila sang pemimpin memberikan contoh moral yang baik kepada anggotanya.
  4. Motivasi menjalankan keahlian.
  5. Motivasi karena sesuai dengan sikap hidup.
  6. Motivasi kepatuhan terhadap kekuasaan[16].
Yang dimaksud dengan “kerja sama adalah suatu perbutan bantu-membantu atau suatu perbuatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama”[17]. Oleh karena itu semua anggota atau semua warga yang menurut tingkatan-tingkatannya dibedakan menjadi administrator, manager, dan pekerja (workers), secara bersama-sama merupakan kekuatan manusia (man power) organisasi.
Unsur-unsur kerjasama dalam belajar antara lain :
  1. Saling ketergantungan positif sesama siswa, melalui : saling ketergantungan pencapaian tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan pekerjaan, Ketergantungan bahan atau sumber untuk menyelesaikan pekerjaan, Saling ketergantungan peran.
  2. Interaksi tatap muka. Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak hanya dengan guru tetapi dengan sesama siswa.
  3. Akuntabilitas individual. Penilaian dalam rangka mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran dilakukan secara individual.
  4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi. Kerjasama dalam belajar akan menumbuhkan keterampilan menjalin hubungan antar pribadi.[18].

Kerja sama dapat kita pandang sebagai suatu sistem nilai yang melatar belakangi suatu kebiasaan untuk saling tolong menolong. Semangat kerja sama itu didorong oleh pandangan:
a.       Bahwa manusia tidak hidup sendiri melainkan hidup bersama dengan orang atau lingkungan sosial.
b.      Pada dasarnya manusia itu bergantung dari manusia lainnya.
c.       Manusia perlu menjaga hubungan baik dengan sesamanya dalam suatu persaudaraan.
d.      Manusia perlu menyesuaikan dirinya dengan anggota yang lainnya.
Berdasarkan pandangan ini, timbullah suatu kesadaran bahwa kita tidak boleh hanya mementingkan diri sendiri ataupun kelompok kita sendiri. Oleh karena itu, perlu ditumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab terhadap kepentingan bersama.
Semangat kerja sama  menurut M. Taopan adalah suatu proses batin yang berakhir dengan ketetapan hati untuk senantiasa menjalin hubungan baik dengan sesama warga negara atau sesama manusia sebagai modal kerjasama atau gotong royong, pekerjaan berat sekalipun dapat terselesaikan lebih cepat dan lebih sukses dalam upaya mengatasi berbagai tantangan hidup dalam rangka upaya mempertahankan hidup dan mensejahterakan hidup manusia[19]. Jadi kerja sama dapat diartikan saling membantu atau melaksanakan pekerjan berat bersama-sama dilandasi menurut batas kemampuan masing-masing, secara sukarela tanpa pamrih demi kebahagiaan hidup bersama.
Dari kajian teoritis tersebut, maka sintesis dari upaya guru untuk meningkatkan kerja sama siswa adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dikerjakan secara bersama-sama yang meliputi, saling ketergantungan positif sesama siswa, interaksi tatap muka, serta keterampilan menjalin hubungan antar pribadi.

2.       Pembelajaran Kooperatif Pada Mata Pelajaran PKn.
J.R. David menyatakan di dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai a plan, method, or series designed to achieves aparticular educational goal. Jadi “strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”[20]. Lalu Kemp menjelaskan bahwa “strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien”[21]. Senada dengan pendapat diatas, Dick and Carey juga menyebutkan bahwa “strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa”[22].
Dari penjelasan diatas, maka dapat ditentukan bahwa suatu strategi pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapken berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lainnya.
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok saling membantu memecahkan masalah-masalah yang komplek. Jadi hakekat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif[23].

Eggen and Kauchak menyatakan “pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”[24]. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok serta memberikan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latarbelakangnya.
Teori Medan menjelaskan bahwa keseluruhan lebih memberi makna daripada bagian-bagian yang terpisah. Setiap tingkah laku menurut teori medan bersumber dari adanya ketegangan (tension) dan ketegangan itu muncul karena adanya kebutuhan (need). Manakala kebutuhan itu tidak dapat terpenuhi, maka selamanya individu itu akan selamanya mengalami tegang. Untuk itulah setiap individu akan berusaha memenuhi setiap kebutuhan. Pemenuhan setiap individu akan membutuhkan interaksi dengan individu lain. Inilah yang menjadikan terbentuknya kelompok[25].

Menurut teori Psikodinamika, “kelompok bukan hanya sekedar kumpulan individu melainkan merupakan satu kesatuan yang memiliki ciri dinamika dan emosi tersendiri”[26]. Menurut Wina Sanjaya model pembelanjaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok adalah strategi pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Slavin mengemukakan dua alasan pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan[27].

Contoh-contoh perwujudan kerja sama di dalam kehidupan sehari-hari diantaranya adalah : menyelesaikan suatu masalah yang harus diselesaikan secara bersama-sama, seperti menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru untuk dikerjakan secara berkelompok.
Pembelajaran kelompok atau kerja kelompok yang didalamnya melibatkan  beberapa orang siswa untuk menyelesaikan pekerjaan atau tugas atau permasalahan. Sering pula metode ini disebut sebagai salah satu metode yang menggunakan CBSA atau keterampilan proses. Adapun contoh dalam kerja kelompok adalah siswa diberikan tugas atau permasalahan, kemudian siswa mengerjakan secara bersama-sama kelompoknya untuk membahas permasalahan, dari setiap anggota kelompok mengajukan jawaban dan kemudian disimpulkan secara bersama.
Pembelajaran kooperatif bertitik tolak dari pandangan John Dewey dan Herbert Thelan, yang menyatakan pendidikan dalam masyarakat yang demokratis seyogyanya mengajarkan proses demokratis secara langsung. “Tingkah laku kooperatif dipandang oleh Dewey dan Thelan sebagai dasar demokrasi, dan sekolah dipandang sebagai laboratorium untuk mengembangkan tingkah laku demokrasi”[28].
Agar pembelajaran kooperatif berjalan sesuai harapan, dan siswa dapat bekerja dengan cara produktif dalam kelompok, maka siswa perlu diajarkan keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif tersebut berfungsi untuk melancarkan peranan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dapat delakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok. Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatih keterampilan-keterampilan kerjasama dan kolaborasi, dan juga keterampilan-keterampilan tanya-jawab.
Lungren menyusun keterampilan-keterampilan kooperatif secara terinci dalam 3 tingkatan keterampilan, yaitu :
1.      Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi :
a.       Berada dalam tugas, yaitu menjalankan tugas sesuai dengan tanggung jawab,
b.      Mengambil giliran dan  berbagi tugas, yaitu menggantikan teman dengan tugas tertentu dan mengambil tanggung jawab dalam kelompok,
c.       Mendorong adanya partisipasi, yaitu memotivasi semua anggota kelompok untuk memberikan konstribusi, dan
d.      Menggunakan kesepakatan, yaitu menyakan persepsi/pendapat.
2.      Keterampilan kooperatif tingkat menengah, antara lain :
a.       Mendengarkan dengan aktif, yaitu menggunakan pesan fisik dan verbal agar pembicara mengetahui anda secara energik menyerap informasi.
b.      Bertanya, yaitu meminta atau menanyakan informasi atau klarifikasi lebih lanjut.
c.       Menafsirkan, yaitu menyampaikan kembali informasi dengan kalimat berbeda.
d.      Memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban, memastikan bahwa jawaban tersebut benar.
3.      Keterampilan kooperatif tingkat mahir, antara lain : Mengolaborasi, yaitu memperluas konsep, membuat kesimpulan dan menghubungkan pendapat-pendapat dengan topik tertentu[29]

Arends menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar.
  2. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
  3. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam, dan
  4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu[30].
“Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen)”[31]. Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok, setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok.
Hal-hal yang menarik dari sistem pembelajaran kooperatif adalah adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar perserta didik (student achievement) juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial, penerimaan peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suku memberikan pertolongan pada yang lain.
Strategi pembelajaran kooperatif bisa digunakan manakala :
  1. Guru menekankan pentingnya usaha kolektif di samping usaha individual dalam belajar.
  2. Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa yang pintar saja) untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar.
  3. Jika guru ingin menankan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya, dan belajar dari bantuan orang lain.
  4. Jika guru menghendaki untuk mengembankan kemampuan komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.
  5. Jika guru menghenaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi mereka.
  6. Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan[32].

Slavin, Abrani, dan Chambers, berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu ;
a.       Perspektif motivasi, artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Dengan demikian keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok.
b.      Perspektif sosial, artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan.
c.       Perspektif perkembangan kognitif, artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berfikir mengolah berbagai informasi.
d.      Perspektif elaborasi kognitif, artinya bahwa setiap siswa akan berusaha memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya[33].

Keunggulan sistem pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran diantaranya :
  1. Melalui sistem pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan kepada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
  2. Sistem pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
  3. Sistem pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
  4. Sistem pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
  5. Sistem pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
  6. Melalui sistem pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamnnya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
  7. Sistem pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
  8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang[34].
Disamping keunggulan, Sistem pembelajaran kooperatif juga memiliki keterbataan, diantaranya ;
a.       Untuk memahami dan mengerti filosofis sistem pembelajaran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning.
b.      Ciri utama dari sistem pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
c.       Penilaian yang diberikan dalam sistem pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
d.      Keberhasilan sistem pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompak memerlukan periode yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi.
e.       Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui sistem pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam sistem pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah[35].

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif[36]
Fase
Tingkah Laku Guru
Fase – 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin di capai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase – 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase – 3
Menyajikan informasi
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membenuk kelompok belajar  dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase – 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase – 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kelompoknya
Fase – 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompk
                                                                              Sumber: Ibrahim, dkk, (2000 : 10)
Dari beberapa teori diatas dapat disintesiskan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), yang meliputi belajar berfikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.

B. Fokus Penelitian
Kerja sama siswa yang didukung dengan sikap berpendirian, terikat pada tekad, dan cinta tanah air sangat diperlukan dalam pembangunan dan ketahanan bangsa dan negara. Oleh karena itu perlu diajarkan atau diberikan di sekolah nilai-nilai kerja sama yang mencerminkan rasa kebersamaan agar siswa dapat menerima dan melaksanakan dengan baik dan benar. Untuk menggali konsep rasa kebersamaan sehingga terjalin suatu kerja sama yang solid di antara siswa, oleh karena itu guru perlu menegaskan pengertian kerja sama ini, dimulai dari istilah-istilah, gambar-gambar, dan budaya barulah siswa untuk menyimpulkan sendiri langkah selanjutnya, guru menegaskan batasan-batasan tentang peningkatan kerja sama.
Untuk memotivasi siswa agar dapat memahami, mengerti tentang pembelajaran kooperatif dan kerja sama maka guru memberikan pemahaman dan penjelasan apa itu pembelajaran kooperatif melalui diskusi kelompok yang berhubungan dengan kerjasama sehingga pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran PKn ini berjalan dengan baik. Dasar yang diajarkan atau diberikan di sekolah harus kuat berkualitas agar siswa dapat menerima pelajaran dengan baik dan benar. Hal-hal yang menarik dari sistem pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran PKn adalah adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar perserta didik (student achievement) juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial, penerimaan peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka memberikan pertolongan pada yang lain.
Peranan guru sangat besar dalam pengelolaan kelas, karena guru sebagai penanggung jawab kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar, guru harus penuh inisiatif dan kreatif dalam mengelola kelas, karena gurulah yang mengetahui secara pasti situasi dan kondisi kelas terutama keadaan siswa dengan segala latar belakangnya. Oleh karena itu seorang guru perlu mengarahkan para siswa kedalam pengalaman belajar yang dapat terjadi mendorong dan mengaktifkan para siswa dalam belajar, memusatkan perhatian mereka kepada satu pengarahan dalam satu waktu. Persiapan yang perlu dilaksanakan oleh pengajar adalah merencanakan, melaksanakan, menilai, dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
 Interaksi belajar mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan interaksi, dan tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar disatu pihak, dengan warga belajar (siswa) yang sedang melaksanakan kegiatan belajar di fihak lain. Interaksi antara pengajar dengan warga belajar, diharapkan merupakan suatu proses motivasi. Maksudnya bagaimana dalam proses interaksi itu fihak pengajar mampu memberikan dan mengembangkan motivasi serta reinforcement kepada pihak warga belajar (siswa), agar dapat melakukan kegiatan belajar secara optimal.
Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui sistem pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam sistem pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah. Melalui sistem pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran PKn siswa tidak terlalu menggantungkan kepada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan, meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
Yang menarik dari sistem pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran PKn adalah adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar perserta didik (student achievement) juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial, penerimaan peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suku memberikan pertolongan pada yang lain.
Upaya guru untuk meningkatkan kerja sama siswa adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dikerjakan secara bersama-sama yang meliputi, saling ketergantungan positif sesama siswa, interaksi tatap muka, serta keterampilan menjalin hubungan antar pribadi.
Pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran PKn adalah model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), yang meliputi belajar berfikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka semakin baik kerja sama siswa maka akan semakin meningkat pula pembelajaran kooperatif dan sebaliknya semakin rendah kerja sama siswa maka akan semakin rendah juga pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran PKn.










BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A.    Lokasi penelitian.
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Kalijaya 07 Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi .
        
B.     Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan selama 2 bulan, terhitung mulai bulan Agustus sampai dengan bulan September 2010.

C.  Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber yakni :
1. Informen : Siswa kelas V bejumlah 30 orang (satu kelas).
2. Key Informen : Guru atau teman sejawat sebagai kolaborator.

D.  Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi : dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang pembelajaran kooperatif.
b. Wawancara :  untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan pembelajaran kooperatif.
c. Dokumentasi.

E.  Prosedur Penelitian
Dalam melaksanakan tindakan untuk proses perbaikan pembelajaran penulis menyusun berbagai persiapan antara lain :


Siklus I
1.  Perencanaan
a.  Membuat rencana pembelajaran.
b. Membuat rencana pembelajaran dengan materi batas wilayah NKRI, luas wilayah NKRI, posisi lintang dan bujurnya, serta tujuan penetapan batas-batas fisik NKRI.
c. Membagi kelas menjadi 7 kelompok
d. Membuat instrument masing-masing kelompok
e. Merencanakan belajar kelompok.
f. Menyediakan sarana pendukung seperti alat peraga yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif.
2.   Pelaksanaan
a.  Membagi siswa dalam beberapa kelompok.
b. Menyajikan materi pelajaran tentang pengertian batas wilayah NKRI, luas wilayah NKRI, posisi lintang dan bujurnya, serta tujuan penetapan batas-batas fisik NKRI.
c. Diberikan materi diskusi tentang pengertian pemerintah dan sistem pemerintahan di Indonesia.
d. Dalam belajar kelompok, guru mengarahkan kelompok.
e. Salah satu kelompok mempresentasikan kerja kelompoknya.
f. Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan.
g. Menyimpulkan hasil belajar kelompok secara bersama-sama.
3. Pengamatan (observasi)
a. Diamati pada waktu situasi kegiatan belajar mengajar.
b. Keaktifan siswa.
c. Kemampuan siswa dalam belajar kelompok.
d. Kerja sama siswa dalam kegiatan belajar kelompok.

4. Refleksi
Berdasarkan observasi di atas diharapkan adanya peningkatan kerja sama siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kalau pada siklus I ini tindakan yang dilakuan belum adanya sosialisasi antar kelompok kerja sama belum dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, maka perlu diadakan langkah-langkah berikutnya, yaitu siklus II. Karena pada siklus I ini tindakan yang dilakukan dianggap belum bisa meningkatkan kerjasama siswa. Maka dilakukan siklus II.

Siklus II
1.  Perencanaan
a.       Membuat rencana pembelajaran dengan materi fungsi wilayah darat, laut, dan udara NKRI.
b.      Membuat lembar kerja siswa
c.       Membuat instrument yang digunakan dalam siklus PTK
d.      Menyediakan sarana pendukung seperti alat peraga yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif.
2.   Pelaksanaan
a. Membagi lagi siswa dalam beberapa kelompok.
b. Menyajikan materi pelajaran tentang fungsi wilayah darat, laut, dan udara NKRI.
c. Diberikan materi untuk tugas kelompok tentang Badan Pemeriksa Keuangan dan Komisi Pemilihan Umum.
d. Dalam tugas kelompok ini, guru hanya mengarahkan saja kepada tiap-tiap kelompok.
e. Salah satu kelompok mempresentasikan tugas kelompoknya.
f. Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan.
g. Menyimpulkan hasil tugas kelompok secara bersama-sama.
3. Pengamatan (observasi)
a. Diamati pada waktu situasi kegiatan belajar mengajar.
b. Keaktifan siswa.
c. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok.
d. Kerja sama siswa mulai tampak dalam kegiatan ini.
e. Siswa mulai berkelompok dengan temannya.
4. Refleksi
Berdasarkan observasi di atas diharapkan adanya peningkatan kerja sama siswa dalam kegiatan pembelajaran yang lebih signifikan. Kalau pada siklus II ini tindakan yang dilakuan belum adanya sosialisasi antar kelompok dan kerja sama belum dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, oleh karena itu perlu diadakan langkah-langkah berikutnya, yaitu siklus III.

Siklus III
1.   Perencanaan
a. Membuat rencana pembelajaran dengan materi contoh-contoh atau ilustrasi perilaku yang baik dalam menjaga keutuhan NKRI.
b.      Membuat lembar kerja siswa
c.       Membuat instrument yang digunakan dalam siklus PTK
d.      Menyediakan sarana pendukung seperti alat peraga yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif.
2.  Pelaksanaan
a. Membagi siswa dalam beberapa kelompok.
b. Menyajikan materi pelajaran tentang contoh-contoh atau ilustrasi perilaku yang baik dalam menjaga keutuhan NKRI.
c. Diberikan materi diskusi tentang lembaga eksekutif.
d. Dalam diskusi kelompok, guru mengarahkan kelompok.
e. Salah satu kelompok mempresentasikan kerja kelompoknya.
f. Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan.
g. Menyimpulkan hasil diskusi secara kerja sama.
3. Pengamatan (observasi)
a. Diamati pada waktu situasi kegiatan belajar mengajar.
b. Keaktifan siswa dalam kerja sama.
c. Kemampuan siswa dalam diskusi kelompok.
d. Adanya saling ketergantungan antar siswa dalam kegiatan kerja sama.
4. Refleksi
Berdasarkan observasi di atas diharapkan adanya peningkatan kerja sama siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada siklus III ini tindakan yang dilakukan harus bisa meningkatkan kerja sama siswa, karena siklus III ini merupakan langkah terakhir dari perencanaan pelaksanaan tindakan kelas yang peneliti lakukan.
Setelah pelaksanaan tindakan III ini, sudah terjadi perubahan-perubahan yang signifikan sesuai dengan yang diharapkan. Secara umum peserta didik terbiasa dengan kondisi belajar kelompok, sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain, suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta, keaktifan siswa dalam kerja sama, adanya saling ketergantungan antar siswa dalam kegiatan kerja sama.

G. Kalibrasi Keabsahan Data
Teknik Kalibrasi Keabsahan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara saturation, yaitu pengumpulan data dilaksanakan berulang-ulang sampai data “jenuh” (tidak lagi diperoleh data tambahan/baru)1.
Adapun kredibilitas data di uji dengan menggunakan :
1.      Triangulasi teori, maksudnya membandingkan hasil data dengan mengadakan pengecekan referensi pendukung untuk lebih meningkatkan derajat kepercayaan data yang ada,
2.      Triangulasi sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu serta alat yang berbeda,
3.      Triangulasi metode, yaitu mengecek derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan teknik pengumpulan data yang berbeda,
4.      Kriteria signifikan, yaitu data dapat dilihat adanya penulisan data secara lengkap hasil dari wawancara dengan partisipasi, atau catatan tentang apa yang diamati peneliti selama berada dilapangan, kejadian-kejadian dilapangan yang berkaitan dengan pemberian makna dan fenomena kankrit dalam bahasa partisipasi.

H. Analisis Data
Analisis data secara deskriptif merupakan pengolahan data hasil penelitian dengan tujuan agar kumpulan data itu bermakna. Dalam pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut dilakukan melalui beberapa langkah, antara lain yaitu :
1.            Seleksi data, dalam tahap ini penulis menyeleksi atau memilih data yang telah terkumpul dengan maksud memperoleh data sesuai dengan tujuan penelitian.
2.            Mengklasifikasi data, data tersebut dikelompokkan agar mempermudah dalam menyimpulkan data.
3.            Setelah data diklasifikasikan agar dapat dengan mudah diketahui dan dianalisa.
4.            Analisa data, data kemudian diinterprestasikan.




[1] PPRI N0. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta, Cemerlang, 2005), h. 22
[2] Sardiman A.M., Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003),  h. 134-135
[3] Syarif Hidayat, Makalah Pendidikan Dan Kesejahteraan Guru, (Bandung, Dinas Pendidikan Pemprof Jabar, 2007), h. 5
[4] Direktorat Profesi Pendidikan, Makalah Pengembangn Potensi Diri Kiat Menjadi Guru Profesional, (Bandung, 2007), h. 22-24
[5] UURI No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Jakarta, PB PGRI, 2006), h. 2-3
[6] Sardiman A.M, Op. Cit. h. 164 -179
[7] Direktorat Profesi Pendidikan, Op. Cit. h. 22
[8] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, (Bandung, Remaja Rosda Karya, 1998), h. 27-28
[9] Wursanto, Dasar-Dasar Ilmu Organisasi, (Yogyakarta, Andi, 2005), h. 44-45
[10] Ibid. h. 52
[11] Ibid. h. 52-53
[12] Ibid. h. 53
[13] Suardi Abu Bakar, dkk, Integrasi Budi Pekerti Dalam PPKn, (Jakarta, Yudistira, 2002), h. 105
[14] Aim Abdulkarim, dkk, Memahami PPKn 2, (Bandung, Ganeca Exact, 2001), h. 10
[15] M.Taopan, Keunggulan Pancasila sebagai pilsafat Kenegaraan, (Bandung, PT.Citra Aditya Bakti, 1992), h. 57
[16] Williams, Manajemen Perubahan, http;// Chandra-Arroyan. blog.friendster.com/2007/05
[17] Wursanto, Op.Cit. h. 54
[18] Ibid. 2007/05
[19] M.Topan, Op. Cit h. 106
[20] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta, Kencana Prenada Media, 2006), h. 124
[21] Ibid. h. 124
[22] Ibid. h. 124
[23] Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta, Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h. 41
[24] Ibid. h. 42
[25] Wina Sanjaya, Op. Cit.  h. 238-239
[26] Ibid, h. 239
[27] Ibid, h. 240
[28] Trianto, Op. Cit. h. 45
[29] Ibid, h. 46
[30] Syamsu Yusuf LN, dkk Op. Cit, h. 47
[31] Wina Sanjaya, Op. Cit. h. 240
[32] Ibid, h. 241
[33] Ibid, h. 242
[34] Ibid, h. 247-248
[35] Wina Sanjaya, Loc. Cit, h. 248-249
[36] Trianto, Op. Cit. h. 48-49
1 Sri Rahayu Pudjiastuti, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta, STKIP KN, 2002),  h 62

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEBAK-TEBAKAN LUCU

LAPORAN PENGEMBANGAN DIRI KEPALA SEKOLAH DIKLAT PENGUATAN KEPALA SEKOLAH ANGKATAN II TAHUN 2019

Pembelajaran Aktif (Active Learning)