Proposal Skripsi BAB I s.d BAB III Hubungan pemahaman siswa tentang pengertian organisasi dengan perilaku menghargai teman di SDN Kalijaya 07 Cikarang Barat Bekasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Di Indonesia,
hak organisasi diatur oleh undang-undang. Hak berorganisasi secara tidak
langsung tersirat dalam pancasila, sebagai sumber hukum Indonesia, dan tercantum dalam
UUD 1945, terutama Pasal 28 E (Ayat 3). Dalam pasal tersebut dikatakan “bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,
berkumpul dan mengeluarkan pendapat”. Maksudnya
adalah setiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk bebas memilih
atau membentuk suatu organisasi atau kelompok yang sesuai dengan minat yang
mereka miliki. Tidak ada satu pihak pun yang boleh memaksa atau melarang
seseorang untuk bergabung dengan suatu organisasi. Tetapi, sekali lagi perlu
diingat bahwa kebebasan ini tidak boleh mengganggu hak dan kebebasan orang lain.
Demokrasi dapat dikatakan merupakan pola hidup
berkelompok di dalam organisasi bernegara, sesuai dengan keinginan orang-orang
yang hidup berkelompok tersebut. Keinginan orang-orang
yang berkelompok tersebut ditentukan oleh pandangan hidup, falsafah hidup, dan
ideologi yang tercermin dalam sila-sila Pancasila.
Organisasi adalah segenap proses kegiatan menata dan rnembagi pekerjaan
yang akan dilakukan, mengelompokkan orang-orang yang akan mengerjakan pekerjaan
tersebut, menetapkan wewenang dan tanggung jawab serta hubungan antar unit-unit
dan individu sebagai pelaksana dari pekerjaan itu untuk mencapai tujuan
tertentu dari organisasi tersebut.
Sebuah organisasi
dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi
sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah
organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena
memberikan kontribusi seperti pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat
sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.
Kekompakan dalam organisasi itu sudah menjadi keharusan.
Apabila dalam organisasi kekompakan itu tidak terjaga, maka hasil kerja tidak
akan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itulah dibutuhkan pemimpin yang
pandai membuat anggotanya kompak. Tidak jarang masalah muncul dalam organisasi.
Di dalam kelompok belajar terkadang juga dijumpai masalah. Misalnya saja ada
dalam satu kelompok yang anggota-anggotanya salah paham atau tidak sependapat
dengan anggota yang lain, maka peranan ketua kelompok ini sangat penting.
Jangan sampai ketua kelompok membela salah satu anggota yang sedang bermasalah,
tetapi sebaiknya ketua kelompok mampu menyatukan dan meredam pertikaian
kelompok yang sedang bermasalah.
Dalam organisasi juga terkadang ada yang kurang rajin
atau malas. Mungkin karena minder, mungkin karena tidak mengerti, dan
lain-lain. Peranan pemimpin sangat besar untuk memotivasi anggotanya yang masih
belum mempunyai semangat dalam bekerja sama. Bukan berarti ini hanya menjadi
tanggung jawab pemimpin. Akan tetapi, pemimpin membuat suasana tumbuh untuk
saling memberikan motivasi sesama anggota yang lain.
Tenggang rasa atau tepo seliro adalah sikap
seseorang menempatkan perasaannya pada perasaan orang lain”[1]. Konsep tenggang rasa ini seperti halnya
konsep mencintai adalah merupakan perwujudan dari adanya saling mencintai
sesama manusia, maka akan timbul keinginan untuk dapat mencintai orang lain
sebagai mana mencintai dirinya sendiri, sampai akhirnya timbul keinginan untuk
tenggang rasa, yaitu merasakan apa yang dialami oleh orang lain seolah-olah
terjadi pula atas dirinya, sehingga dalam perbuatannya selalu diimbangi dengan
penuh pengertian dengan dasar tidak buruk sangka.
Dalam mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang berkenaan dengan masalah kebebasan berorganisasi sekolah yang terdapat pada Standar Kompetensi, yaitu memahami kebebasan berorganisasi. Adapun Kompetensi Dasarnya yaitu yang
pertama mendekripsikan
pengertian organisasi, yang kedua menyebutkan contoh
organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat, dan yang ketiga adalah menampilkan peran serta dalam
memilih organisasi di sekolah.
Nilai moral keramahtamahan yang perlu
ditekankan bagi generasi muda bangsa Indonesia, diantaranya : pertama lapang dada, maksudnya tidak lari dari masalah yang harus dipecahkan. Kedua berjiwa besar, maksudnya dalam menghadapi segala macam hambatan, tantangan,
ancaman, dan gangguan yang dating baik dari dalam negeri maupun yang dating
dari luarnegeri, bangsa Indonesia harus menghadapinya dengan berjiwa besar. Ketiga kekeluargaan, maksudnya segala macam masalah dapat dipecahkan melalui
musyawarah. Keempat saling
menghargai, maksudnya diantara sesame manusia harus saling menghargai satu sama
lainnya. Kelima menghormati
sesama, maksudnya manusia mempunyai hak dan kewajiban atas sikap saling
menghormati dan setiap orang mempunyai hak untuk dihormati. Keenam suka menolong, maksudnya dalam memberikan pertolongan hendaknya tidak
membeda-bedakan suku bangsa, ras, dan agama.
Fakta di lapangan, pemahaman siswa tentang pengertian organisasi sudah
cukup baik, namun sikap yang mencerminkan berorganisasi siswa sangat memprihatinkan. Tidak mau bermusyawarah,
mau menang sendiri dan selalu memaksakan kehendaknya sendiri, tidak mau
melaksanakan hasil dari musyawarah, kurangnya rasa tanggung jawab dalam
melaksanakan hasil musyawarah, kurangnya rasa solidaritas diantara teman
sekelas, bersikap emosional serta perilaku tidak menghargai orang lain.
Kurangnya sikap sosial, lemahnya nilai-nilai demokrasi, serta perilaku
berorganisasi yang tidak mencerminkan sikap demokratis di sekolah.
Berdasarkan
latar belakang di atas, penulis tertarik mengambil judul Hubungan pemahaman siswa tentang pengertian organisasi dengan perilaku menghargai teman di SDN Kalijaya 07 Cikarang Barat Bekasi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai
berikut :
1. Apakah siswa mempunyai pemahaman tentang pengertian organisasi ?
2. Apakah kebebasan berorganisasi
sudah sesuai dan dijalankan oleh siswa dengan baik ?
3. Adakah cara meningkatkan perilaku
siswa untuk menghargai teman?
4. Apakah terdapat hubungan antara pemahaman siswa tentang pengertian organisasi
dengan perilaku menghargai teman ?
C. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah penelitian ini,
maka tidak semua masalah akan diteliti, melainkan dibatasi pada ruang lingkup
permasalahan “Hubungan pemahaman siswa tentang pengertian organisasi dengan perilaku menghargai teman di SDN Kalijaya 07 Cikarang Barat Bekasi.
Pemahaman siswa
tentang pengertian organisasi adalah suatu kemampuan untuk menterjemahkan,
menafsirkan, dan membedakan yang meliputi mempunyai tujuan bersama, adanya
pembagian tugas kelompok, serta adanya kerjasama diantara orang yang bekerja.
Perilaku
menghargai teman adalah suatu tindakan dalam menghadapi suatu obyek, ide dan
situasi atau nilai di dalam berperilaku yang meliputi mau berlapang dada,
saling menghargai, menghormati sesama, serta suka menolong.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan masalah yang
dikemukakan diatas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Apakah
terdapat hubungan antara pemahaman siswa tentang pengertian
organisasi dengan perilaku menghargai teman di SDN Kalijaya 07 Cikarang Barat Bekasi ?”.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa, merupakan sebagai bahan
informasi dengan acuan untuk kelanjutan membuat skripsi.
2. Bagi sekolah agar menerapkan pengertian organisasi serta perilaku menghargai teman baik itu kepada
kepala sekolah, guru, wali murid, dan para siswa.
3. Bagi siswa, agar terbiasa dalam
melaksanakan kegiatan secara bersama-sama sehingga terjalin rasa persatuan dan
kesatuan diantara teman-teman.
BAB II
LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan Teoritis
1. Hakekat Pemahaman Siswa
Tentang Pengertian Berorganisasi
Menurut Teori Benjamin S. Bloom
“pemahaman yaitu kemampuan menterjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, memahami
isi pokok, mengartikan tabel, dan sebagainya”[2].
Kohler menyatakan “pemahaman merupakan bagian penting dalam pemecahan masalah
karena pemecahan masalah dapat dilakukan setelah diperoleh pemahaman dari
hubungan-hubungan dalam situasi”[3].
E.F. Hutabarat menyatakan “pemahaman yaitu kemampuan untuk melihat hubungan
yang relevan. Jadi apabila seseorang ingin memahami sesuatu, maka ia harus
dapat menghubungkan sesuatu itu dengan apa yang diketahuinya”[4].
Suharsimi Arikonto
menyatakan bahwa dengan pemahaman, maka seseorang dapat membuktikan bahwa ia
memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep. Lebih lanjut
mengemukakan bahwa memahami dengan sesuatu, maka ia dapat mempertahankan,
membedakan, menduga (estimatis), menerangkan, memperluas, menyimpulkan,
menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, memperkirakan[5].
H. Koestoer Partowisastro
menjelaskan arti pemahaman kedalam 4 (empat) pengertian, yaitu :
1. Pemahaman berarti melihat hubungan yang
belum nyata pada pandangan pertama.
2. Pemahaman berarti mampu menerangkan dan
menjelaskan sesuatu berarti perlu melukiskan tentang aspek-aspek, tingkatan,
sudut pandangan-pandangan yang berbeda.
3.
Pemahaman berarti
memperkembangkan kesadaran-kesadaran akan faktor-faktor penting.
4. Pemahaman berarti berkemampuan membuat
ramalan-ramalan yang beralasan mengenai tingkahlakunya[6].
Teori Kognitif (Cognitive
Theories) yang dikembangkan oleh Kohler menyatakan pemahaman merupakan
bagian penting dalam pemecahan masalah karena pemecahan masalah dapat dilakukan
setelah diperoleh pemahaman dari hubungan-hubungan dalam situasi[7]. Wingkel mendefinisikan bahwa belajar sebagai
suatu mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap[8].
“Organisasi” sebenarnya
berasal dari bhs Yunani, “organon” atau dalam bhs Latin, disebut “organum” yang
artinya “alat, bagian, atau anggota badan”. Selanjutnya seiring berjalannya
waktu, terjadilah perkembangan dalam pengertiannya. Dengan kata lain, (semakin
banyak orang yang mengartikannya maka semakin banyak definisi dan semakin luas
pula kata itu diartikan) Tapi dari sekian banyak definisi “organisasi”.
Organisasi jga bisa dikatakan sekumpulan, individu, kelompok yang mempunyai
tujuan, visi & misi tertentu untuk menampung/menyalurkan pikiran atau
pendapat yang tidak sama (dengan kata lain berbeda).[9]
Di Indonesia,
hak organisasi diatur oleh undang-undang. Hak berorganisasi secara tidak
langsung tersirat dalam pancasila, sebagai sumber hukum Indonesia, dan tercantum dalam
UUD 1945, terutama Pasal 28 E (Ayat 3). Dalam pasal tersebut dikatakan “bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,
berkumpul dan mengeluarkan pendapat”[10].
Pengertian umum organisasi adalah segenap proses kegiatan menata dan rnembagi
pekerjaan yang akan dilakukan, mengelompokkan orang-orang yang akan mengerjakan
pekerjaan tersebut, menetapkan wewenang dan tanggung jawab serta hubungan antar
unit-unit dan individu sebagai pelaksana dari pekerjaan itu untuk mencapai
tujuan tertentu dari organisasi tersebut[11].
Sebuah organisasi
dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi
sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah
organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena
memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat
sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.
Pengertian dan definisi organisasi menurut beberapa ahli, antara lain :
1. Rosenzweig, Organisasi dapat
dipandang sebagai : Sistem sosial, yaitu orang-orang dalam kelompok, Integrasi
atau kesatuan dari aktivitas-aktivitas orang-orang yang bekerja sama, Orang-orang
yang berorientasi atau berpedoman pada tujuan bersama.
2. Matthias
Aroef, Suatu
organisasi terjadi apabila sekelompok orang bekerja bersama sama untuk mencapai
tujuannya.
3. Pfiffner
dan Sherwood,
Organisasi sebagai suatu pola dari cara-cara dalam mana sejumlah orang yang
saling berhubungan, bertemu muka, secara intim dan terkait dalam suatu tugas
yang bersifat kompleks, berhubungan satu dengan yang lainnya secara sadar,
menetapkan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan semula secara sistematis.
4. Bakke, Organisasi
merupakan sebuah sistem yang kontinue dari penggunaan, pemindahan
aktivitas-aktivitas manusia yang dibebankan dan dikoordinasikan, sehingga
membentuk suatu kumpulan tertentu yang terdiri dari manusia, material, kapital,
gagasan, dan sumber daya alam ke dalam suatu keseluruhan pemecahan persoalan.
5. Allen, Organisasi adalah suatu
proses identifikasi dan pembentukan serta pengelompokan kerja, mendefinisikan
dan mendelegasikan wewenang maupun tanggung jawab dan menetapkan hubungan -
hubungan dengan maksud untuk memungkinkan orang-orang bekerjasama secara
efektif dalam menuju tujuan yang ditetapkan[12].
Definisi dan pengertian organisasi menurut para ahli, antara lain :
a. Organisasi Menurut Stoner
adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah
pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
b. Organisasi Menurut James D. Mooney
adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
c. Organisasi Menurut Chester I.
Bernard,
yaitu organisasi
merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih[13].
Beberapa definisi tentang organisasi, antara lain :
1. Menurut
Ernest Dale,
organisasi adalah suatu proses perencanaan yang meliputi penyusunan,
pengembangan, dan pemeliharaan suatu struktur atau pola hubunngan kerja
dari orang-orang dalam suatu kerja kelompok.
2. Menurut
Cyril Soffer, organisasi adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing diberi peran
tertentu dalam suatu system kerja dan pembagian dalam mana pekerjaan itu diperinci
menjadi tugas-tugas, dibagikan kemudian digabung lagi dalam beberapa bentuk
hasil.
3. Menurut
Kast & Rosenzweig, organisasi adalah sub sistem teknik, sub sistem struktural, sub sistem
pshikososial dan sub sistem manajerial dari lingkungan yang lebih luas dimana
ada kumpulan orang-orang berorenteasi pada tujuan.
4.
Definisi umu,,
organisasi adalah “Kelompok
orang yang secara bersama-sama ingin mencapai tujuan”[14]
Teori klasik mendefinisikan “organisasi sebagai struktur hubungan,
kekuasaan-kekuasaan, tujuan-tujuan, peranan-peranan, kegiatan-kegiatan,
komunikasi, dan faktor-faktor lain yang terjadi bila orang-orang bekerja sama”[15]. Organisasi adalah wadah berkumpulnya sekelompok
orang yang memiliki tujuan bersama, kemudian mengorganisasikan diri dengan
bekerja bersama-sama dan merealisasikan tujuanya, serta organisasi adalah wadah
yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya belum dapat
dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri.
Organisasi memiliki beberapa unsur, antara lain:
a. Adanya tujuan, yaitu sesuatu yang ingin diwujudkan
serta dicapai sehingga memunculkan adanya tugas, wewenang, dan tanggung jawab.
b. Adanya pembagian tugas sekelompok orang.
c. Adanya kerja sama di antara orang-orang yang bekerja[16].
Komponen penting organisasi meliputi :
1.
Tujuan
Merupakan motivasi, misi, sasaran, maksud dan tujuan
yang akan dicapai dalam rentang waktu tertentu, Tujuan berdasarkan rentang dan
cakupanya dapat di bagi dalam beberapa karakteristik antara lain :
a.
Tujuan Jangka panjang
b.
Tujuan Jangka menengah dan
c.
Tujuan Jangka pendek
2.
Struktur
Struktur organisasi adalah susunan
komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi
menunjukkan adanya pembagian kerja dan meninjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau
kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu struktur
organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran
perintah dan penyampaian laporan.
Struktur
Organisasi sangat penting untuk dapat dipahami oleh semua komponen dalam rangka
menciptakan sistem kerja yang efektif dan efesien. Struktur organisasi
merupakan deskripsi bagaimana organisasi membagi pekerjaan dan melaksanakan
tugas atau pekerjaannya dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Struktur organisasi juga mengatur
siapa yang melaksanakan tugas dan pekerjaan itu. Selain membagi dan mengatur
tugas dan pekerjaan yang diemban oleh organisasi, struktur organisasi juga
menggambarkan hubungan organisasi secara internal maupun eksternal.
3.
Sistem
Setiap organisasi baik formal maupun
informal, akan menganut suatu sistem yang mengatur bagaimana cara organisasi
mencapai tujuannya. Untuk itulah setiap organisasi memiliki peraturan-peraturan
yang merefleksikan kepentingan-kepentingan organisasi. Sistem pada organisasi itu dapat berupa anggaran
dasar, anggaran rumah tangga, peraturan khusus, prosesdur dan peraturan
lainnya. Pada organisasi yang paling kecil, yaitu keluarga, pada dasarnya
juga memiliki peraturan-peraturan sekalipun tidak sekompleks peraturan
pada organisasi besar.
Unsur-unsur Organisasi
1. Manusia (Man), dalam kehidupan organisasi atau
ketatalembagaan sering disebut dengan istilah pegawai atau personnel. Pegawai
atau personnel terdiri dari semua anggota atau warga organisasi, yang menurut
fungsi dan tingkatannya terdiri dari unsur pimpinan (administrator) sebagai unsur pimpinan tertinggi dalam organisasi,
para manajer yang memimpin suatu unit satuan kerja sesuai dengan fungsinya
masing-masing dan para pekerja (nonmanagement/workers). Semua itu secara bersama-sama
merupakan kekuatan manusiawi (man power)
organisasi.
2. Kerjasama, merupakan suatu perbuatan saling
membantu atau gotong royong dalam melakukan sesuatu yang dilakukan secara
bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu, semua anggota atau
semua warga yang menurut tingkatan-tingkatannya dibedakan menjadi
administrator, manajer, dan pekerja (workers),
secara bersama-sama merupakan kekuatan manusiawi (man power) organisasi.
3. Tujuan bersama, merupakan
arah atau sasaran yang dicapai. Tujuan menggambarkan tentang apa yang akan
dicapai atau yang diharapkan. Tujuan merupakan titik akhir tentang apa yang
harus dikerjakan. Tujuan juga menggambarkan tentang apa yang harus dicapai
melalui prosedur, program, pola (network),
kebijaksanaan (policy), strategi,
anggaran (budgeting), dan
peraturan-peraturan (regulation) yang
telah ditetapkan.
4. Peralatan (Equipment), terdiri
dari semua sarana, berupa materi, mesin-mesin, uang, dan barang modal lainnya
(tanah, gedung/bangunan/kantor).
5. Lingkungan (Environment), Faktor
lingkungan misalnya keadaan sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi termasuk
dalam unsur lingkungan.
6.
Kekayaan Alam
7.
Kerangka/Konstruksi
Mental Organisasi.
Jadi dapat disintesiskan
bahwa pemahaman siswa tentang kebebasan berorganisasi adalah suatu
kemampuan untuk menterjemahkan, menafsirkan, dan membedakan yang meliputi mempunyai
tujuan bersama, adanya pembagian tugas kelompok, serta adanya kerjasama
diantara orang yang bekerja.
2. Hakekat Perilaku Menghargai Teman
Louis Thursthone,
Rensis Likert dan Charles menyatakan bahwa “prilaku adalah suatu bentuk
evaluasi atau reaksi perasaan. Prilaku seseorang terhadap suatu obyek perasaan
mendukung atau memihak. Thourstone sendiri menyimpulkan “prilaku sebagai
“Derajat Efek”, efek positif atau negatif terhadap suatu obyek psikologi”[17].
Sedangkan Secord dan Backman mendefinisikan “prilaku ialah kelenturan tertentu
dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (Kognisi), prodisposisi tindakan
(konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya”[18].
Dalam
konteks pendidikan, Benjamin S. Bloom mengungkapkan tiga kawasan (domain) perilaku individu beserta sub
kawasan dari masing-masing kawasan, yakni : kawasan kognitif, kawasan
afektif dan kawasan psikomotor. Taksonomi perilaku di atas menjadi rujukan
penting dalam proses pendidikan, terutama kaitannya dengan usaha dan hasil
pendidikan. Segenap usaha pendidikan seyogyanya diarahkan untuk terjadinya
perubahan perilaku peserta didik secara menyeluruh, dengan mencakup semua
kawasan perilaku[19].
Bohar Soeharto merumuskan “perilaku sebagai proses
hasil belajar. Dalam proses belajar itu terjadi interaksi antara individu dan
dunia sekitarnya”[20]. Sebagai hasil interaksi maka jawaban yang
terlihat dari seseorang individu akan dipengaruhi oleh hal-hal atau
kejadian-kejadian yang pernah dialami oleh individu tersebut maupun oleh
situasi masa kini.
Macam-macam perilaku diantaranya :
1. Perilaku negatif yang nyata adalah
perilaku yang bertentangan dengan aturan dan norma-norma yang berlaku dimana
perilaku itu didasarkan atas desakan dari dalam, bukan karena pengaruh dari
luar. Jadi perilaku ini merupakan perilaku murni, tidak dibuat-buat, sesuai
dengan tabiat orang tersebut.
2. Perilaku positif yang nyata adalah
perilaku yang didasarkan aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku yang
dilakukan atas dasar kesadaran dari orang yang bersangkutan, bukan karena takut
hukuman atau sangsi dari organisasi.
3. Perilaku negatif yang diarahkan adalah
perilaku yang bertentangan dengan aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku
dimana perilaku itu dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar lingkungan.
4. Perilaku positif yang diarahkan adalah
perilaku yang tidak bertentangan dengan aturan-aturan atau norma-norma yang
berlau di mana perilaku itu dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar, atau
disebabkan oleh suatu motif tertentu.
Abdul Azis Wahab berpendapat “bahwa yang dikatakan dengan tenggang rasa
atau tepo seliro adalah sikap seseorang menempatkan perasaannya pada perasaan
orang lain”[21]. Konsep tenggang rasa ini seperti halnya
konsep mencintai adalah merupakan perwujudan dari adanya saling mencintai
sesama manusia, maka akan timbul keinginan untuk dapat mencintai orang lain
sebagai mana mencintai dirinya sendiri, sampai akhirnya timbul keinginan untuk
tenggang rasa, yaitu merasakan apa yang dialami oleh orang lain seolah-olah
terjadi pula atas dirinya, sehingga dalam perbuatannya selalu diimbangi dengan
penuh pengertian dengan dasar tidak buruk sangka.
Toleransi adalah istilah dalam konteks
sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya
diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima
oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama,
dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan
agama-agama lainnya. Istilah toleransi juga digunakan dengan menggunakan
definisi “kelompok” yang lebih luas, misalnya partai politik, orientasi
seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak kontroversi dan kritik
mengenai prinsip-prinsip toleransi, baik dari kaum liberal maupun konservatif.
Toleransi dalam kehidupan masyarakat untuk
mewujudkan kerukunan dan ketenangan antar sesama suku, golongan, agama, dan
lain-lain yang berbeda-beda, kita hendaknya menyadari bahwa kita merupakan satu
bangsa yang hidup bersama-sama di tempat yang sama dan dengan tujuan nasional
yang sama pula.
Sikap toleransi sangat perlu dikembangkan
karena;
1. Karena kita sebagai makhluk sosial, tidak bisa lepas dari bantuan rang
lain. Jadi sikap toleransi itu sangatlah perlu dilakukan, sebagai makhluk
sosial yang memerlukan bantuan terlebih dahulu maka kitalah yang hendaknya
terlebih dahulu mengembangkan sikap toleransi itu, sebelum orang lain yang
bertoleransi kepada kita. Jadi jika kita memerlukan bantuan orang lain, maka
dengan tidak ragu lagi orang itu pasti akan membantu kita, karena terlebih
dahulu kita sudah membina hubungan baik dengan mereka yaitu saling bertoleransi.
2. Sikap toleransi akan menciptakan adanya kerukunan hidup. Jika dalam suatu
masyarakat masing-masing individu tidak yakin bahwa sikap toleransi akan menciptakan
adanya kerukunan, maka bisa dipastikan jika dalam masyarakat tersebut tidak
akan tercipta kerukunan. Sikap toleransi dapat diartikan pula sebagai sikap
saling menghargai, jika kita sudah saling menghargai otomatis akan tercipta
kehudupan yang sejahtera.
Nilai moral keramahtamahan yang perlu
ditekankan bagi generasi muda bangsa Indonesia, diantaranya ;
a.
Lapang
dada, maksudnya tidak lari dari masalah yang harus dipecahkan.
b.
Berjiwa
besar, maksudnya dalam menghadapi segala macam hambatan, tantangan, ancaman,
dan gangguan yang dating baik dari dalam negeri maupun yang dating dari
luarnegeri, bangsa Indonesia harus menghadapinya dengan berjiwa besar.
c.
Kekeluargaan,
maksudnya segala macam masalah dapat dipecahkan melalui musyawarah.
d.
Saling menghargai, maksudnya
diantara sesame manusia harus saling menghargai satu sama lainnya.
e.
Menghormati
sesama, maksudnya manusia mempunyai hak dan kewajiban atas sikap saling
menghormati dan setiap orang mempunyai hak untuk dihormati.
f.
Suka
menolong, maksudnya dalam memberikan pertolongan hendaknya tidak
membeda-bedakan suku bangsa, ras, dan agama.[22]
Dalam kesetiakawanan sosial terkandung nilai moral yang diperlukan
diantaranya sebagai berikut :
1. Tolong menolong, nilai moral ini tampak
dalam kehidupan masyarakat, seperti tolong menolong sesame tetangga, sesama
teman, dan lain-lain.
2. Gotong royong, nilai moral ini masih
banyak dilakukan di daerah pedesaan, seperti menggarap sawah dan membuat rumah.
3. Kerja sama, nilai moral ini mencerminkan
sikap mau bekerja sama dengan orang lain walaupun berbeda suku bangsa, ras,
warna kulit, agama.
4. Nilai kebersamaan, nilai moral ini ada
karena adanya keterikatan diri dan kepentingan, kesetiaan diri dan sesama,
saling membantu dan membela, misalnya menyumbang korban bencana alam.[23]
Tenggang rasa mendukung harmonisnya kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Agar tenggang rasa membudaya dalam lingkungan kehidupan masyarakat,
kita harus menjadikan tenggang rasa itu sebagai bagian dari kepribadian kita.
Untuk itu, setiap orang harus mengembangkan sikap-sikap sebagai berikut :
a. berperasaan halus, tidak menyinggung
perasaan orang lain
b. mau memahami sekaligus menghargai sikap
dan pendirian orang lain
c.
berani mengalah demi kebenaran
d. bertutur bahasa lembut dengan menggunakan
kata-kata yang sopan
e.
supel dan luwes dalam pergaulan
f. tahu bagaimana bersikap di hadapan yang
lebih tua dan rekan sebaya
g. berusaha untuk selalu ramah dan rendah
hati terhadap orang lain
h.
membina toleransi beragama
i. menghindari perpecahan, bahkan sedapat
mungkin melerainya untuk menciptakan kerukunan
j. menghargai kekhasan orang lain serta
memberi kesempatan pada orang lain untuk mengungkapkan diri sesuai dengan
kekhasannya (kepribadiannya)
k. mengkritik atau menegur kesalahan orang
lain tanpa menyinggung perasaannya
l.
menghindari tindakan melecehkan
orang lain
m. mampu menyesuaikan diri dengan suasana
hati atau perasaan orang lain (apakah sedang senang, sedih, apakah dalam
situasi serius atau santai)
Dari teori-teori
yang dikembangkan diatas maka disintesiskan bahwa perilaku menghargai teman
adalah suatu tindakan dalam menghadapi suatu obyek, ide dan situasi atau nilai
di dalam berperilaku yang meliputi tolong menolong, gotong royong, kerja sama, serta nilai kebersamaan.
B. Kerangka Berpikir
Pendidikan adalah suatu proses, bersama
proses itu anak bertumbuh dan berkembang dalam belajar. Pendidik dengan sengaja
mempengaruhi arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan
diterima dan berlaku dalam masyarakat. Kuat lemahnya pengaruh itu sangat
bergantung pada tata tertib yang ditetapkan dan dicontohkan oleh guru.
Organisasi merupakan suatu perkumpulan yang
anggotanya terdiri atas beberapa orang untuk melakukan kerja sama dalam upaya
mencapai tujuan bersama. Jadi, organisasi adalah tempat berkumpulnya orang-orang
demi tujuan tertentu. Orgnisasi terbentuk bila dua orang atau lebih maupun
sekelompok orang yang bekerja sama dan menjalankan suatu pekerjaan atau
kegiatan demi mencapai tujuan yang sama pula. Dalam suatu organisasi terdapat
pembagian tugas. Pembagian tugas yang dilakukan harus disesuaikan dengan
kemampuan setiap individu.
Untuk memotivasi siswa agar dapat memahami, mengerti tentangkebebasan berorganisasi serta perilaku menghargai teman
maka diberikan pelajaran PKn, budi pekerti dan agama yang berhubungan dengan
nilai-nilai norma yang ada
baik di sekolah maupun di masyarakat. Dengan pelajaran tersebut akan membantu meningkatkan pengetahuan siswa
tentang kebebasan berorganisasi dengan perilaku menghargai teman. Dasar yang diajarkan atau diberikan di
sekolah harus kuat berkualitas agar siswa dapat menerima pelajaran dengan baik
dan benar.
Konsep menghargai teman ini seperti halnya konsep mencintai adalah
merupakan perwujudan dari adanya saling mencintai sesama manusia, makaakan
timbul keinginan untuk dapat mencintai orang lain sebagai mana mencintai
dirinya sendiri, sampai akhirnya timbul keinginan untuk tenggang rasa, yaitu
merasakan apa yang di alami oleh orang lain seolah-olah terjadi pula atas dirinya,
sehingga dalam perbuatannya selalu diimbangi dengan penuh pengertian dengan
sadar tidak buruk sangka.
Pemahaman siswa
tentang pengertian organisasi
adalah suatu perkumpulan yang anggotanya mempunyai tujuan bersama, adanya pembagian tugas kelompok, serta adanya
kerjasama diantara orang yang bekerja.
Perilaku menghargai teman adalah suatu tindakan
dalam menghadapi suatu obyek, ide dan situasi atau nilai di dalam berperilaku
yang meliputi tolong menolong, gotong royong, kerja sama, serta nilai kebersamaan.
Semakin baik pemahaman
siswa tentang pengertian organisasi, maka akan semakin baik pula perilaku menghargai teman atau sebaliknya semakim buruk pemahaman siswa
tentang pengertian organisasi maka akan semakin buruk pula perilaku menghargai teman. Sehingga diduga terdapat hubungan antara pemahaman siswa tentang pengertian organisasi dengan perilaku menghargai teman di SDN Harjamekar 04 Cikarang
Utara Bekasi.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan
kajian teoritis dan kerangkan berpikir di atas, maka penulis mengajukan
hipotesis “Terdapat
hubungan positif antara pemahaman
siswa tentang pengertian organisasi dengan perilaku menghargai teman di SDN Harjamekar 04 Cikarang Utara Bekasi”.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Adapun pembuatan skripsi ini bertujuan ingin mengetahui dan
mendapatkan data empiris mengenai adanya
pemahaman siswa tentang pengertian organisasi dengan perilaku menghargai teman di SDN Kalijaya 07 Cikarang Barat Bekasi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
diadakan di SDN Kalijaya 07 Cikarang Barat Bekasi,
adapun waktu penelitian terhitung setelah
seminar proposal.
C. Metode Penelitian
Berdasarkan
variabel yang diteliti, masalah yang dirumuskan dan dihipotesis yang diajukan,
maka penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan korelasi
untuk melihat hubungan dua variabel.
.
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa seluruh siswa SDN Kalijaya 07 Cikarang Barat Bekasi yang berjumlah 386 siswa. Sedangkan sampel diambil dari kelas V yang terdiri dari 2 kelas yang
berjumlah 60 siswa, kelas A berjumlah 30 siswa untuk dijadikan sampel, sedangkan kelas B berjumlah 30 siswa untuk dijadikan penelitian. Adapun alasan pengambilan sampel di
kelas V karena mereka sudah diajarkan
cara berorganisasi dikelas.
E. Instrumen Penelitian
Teknik yang
digunakan untuk mengumpulkan data pemahaman
siswa tentang pengertian organisasi merupakan variabel bebas menggunakan tes, yaitu tes piligan ganda (a,
b, c, dan d) dengan kategori nilai 1 untuk jawaban yang benar dan nilai 0 untuk
jawaban yang salah. Sedangkan untuk memperoleh data mengenai perilaku menghargai
teman yang merupakan variabel terikat menggunakan angket memakai skala prilaku,
pada skala ini alternatif jawaban adalah selalu (Sl) skor 3, kadang-kadang (KK)
skor 2, tidak pernah (TP) skor 1, untuk pertanyaan positif dan untuk pertanyaan
negatif adalah sebaliknya.
Dalam pengisian
angket responden hanya menuliskan tanda ceklis (√) dan untuk mengisi tes
pilihan ganda, responden hanya memberikan tanda silang (X), pada jawaban yang
telah tersedia. Jumlah butir soal untuk variabel bebas sebanyak 30 pertanyaan,
sedangkan untuk variabel terikat sebanyak 30 pernyataan.
Sebelum instrumen
digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba, untuk mengetahui validitas dan
reliabilitas hasil pengukurannya, sehingga memenuhi syarat untuk digunakan
dalam penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Bertitik tolak
dari bentuk data hubungan pemahaman
siswa tentang pengertian organisasi dengan perilaku menghargai teman di kelompokkan dan ditabulasikan
sesuai dengan fungsinya, yaitu : untuk data X pemahaman siswa tentang pengertian organisasi dan data Y adalah perilaku menghargai
teman. Untuk data X dan Y menggunakan rumus korelasi
product moment “r”, yaitu sebagai berikut :
rXY = n . ∑XY
- (∑X) (∑Y)
√ n . ∑X2 – (∑X)2 n. ∑Y2 – (∑Y)2
Keterangan :
rXY =
koefisien korelasi product moment
∑X =
jumlah skor dalam sebaran X
∑Y =
jumlah skor dalam sebaran Y
∑X2 = jumlah
kuadrat skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
∑Y2 = jumlah
kuadrat skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
∑XY = jumlah hasil kali
dari sebaran X dan sebaran Y
n = jumlah sampel
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkarim. Aim, Memahami PPKn 2,
Bandung, Ganeca Exact, 2000
Arikunto. Suharsimi, Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan, Jakarta, Bumi Angkasa, 2007
Azwar. Saifudin, Sikap
Manusia, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar Offest, 1998
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman
Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, Jakarta, Proyek Pengembangan
Perpustakaan, 1986
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran,
Jakarta, Reneka Cipta, 2002
Hutabara. E.F, Cara Belajar, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1989
Partowisastro. H. Koestoer, Dinamika dalam
Psikologi Pendidikan Jilid 1, Jakarta, Erlangga, 1983
Surya. Muhamad, Psikologi Pendidikan, Bandung, Pembangunan Jaya, 1992
Tim Eska Media, Edisi Lengkap UUD 1945 Hasil dan Proses Amandemen Pertama – Keempat,
Jakarta, Eska Media, tt
Tu’u. Tulus, Peranan Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta,
Grasindo, 2004
Wahab. Abdul Azis, dkk, Pendidikan
Pancasila 2, Jakarta, Depdikbud, 1996
Wingkel. W.S, Psikologi Pengajaran, Jakarta, Gramedia, 1995
http://evulee.wordpress.com/2010/10/12/teori-organisasi/
[1] Abdul Azis Wahab, dkk, Pendidikan
Pancasila 2, (Jakarta, Depdikbud, 1996), h. 70
[2] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan
Pembelajaran, (Jakarta, Reneka Cipta, 2002), h. 28
[3] Muhamad Surya, Psikologi Pendidikan, (Bandung, Pembangunan Jaya, 1992), h. 60
[5] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan, (Jakarta, Bumi Angkasa, 2007), h. 118
[6] H. Koestoer Partowisastro, Dinamika dalam Psikologi Pendidikan Jilid 1,
(Jakarta, Erlangga, 1983), h. 22
[10] Tim Eska Media, Edisi Lengkap UUD
1945 Hasil dan Proses Amandemen Pertama – Keempat, (Jakarta, Eska Media,
tt), h. 22
[11] Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah,
(Jakarta, Proyek Pengembangan Perpustakaan, 1986)
[20] Tulus Tu’u, Peranan Disiplin Pada
Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta, Grasindo, 2004), h. 63
[21] Abdul Azis Wahab, dkk, Pendidikan
Pancasila 2, (Jakarta, Depdikbud, 1996), h. 70
[22] Aim Abdulkarim, Memahami PPKn
2, (Bandung,
Ganeca Exact, 2000), h. 13-14
[23] Ibid. h. 72
[24] Marga Ruswanda. Op.Cit. h. 54
nice copast
BalasHapussaya mau copast maksudnya XD
BalasHapusYa, silahkan ... Semoga bermanfaat.
Hapusassalamualaikum, ada bab 4 dan 5 nya tidak kak ?
Hapus