Bentuk-Bentuk Sikap Sosial
Bentuk-Bentuk Sikap Sosial
Dalam pergaulan sehari-hari, tidak pernah terlepas
dari apa yang dinamakan beraktivitas, dari kenyataan inilah setiap orang
bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan perkembangan masing-masing individu
tersebut. Dengan demikian, setiap orang harus mampu berinteraksi dan memiliki
kepedulian terhadap orang lain.
Adapun bentuk-bentuk sikap sosial dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1)
Sikap positif
Dalam buku Interaksi Sosial dijelaskan bahwa: “Bentuk sikap sosial yang
positf seseorang yaitu berupa tenggang rasa, kerjasama, dan solidaritas”
(Nawawi, 2000: 33). Selanjutnya dalam buku Metodologi Ilmu Pengetahuan Sosial
dijelaskan bahwa: “ Sikap sosial dapat dilihat dari adanya kerjasama, sikap
tenggang rasa, dan solidaritas” (Soetjipto dan Sjafioedin, 1994 : 44).
Dari kedua pendapat tersebut diatas, maka tidak ada perbedaan yang
mendasar dimana yang termasuk dalam bentuk sikap sosial adalah aspek kerjasama,
aspek solidaritas, dan aspek tenggang rasa. Berikut ini akan dijelaskan secara
singkat dari masing-masing bentuk-bentuk sikap sosial tersebut.
a.
Aspek Kerjasama
Kerjasama merupakan suatu hubungan saling bantu membantu dari orang-orang
atau kelompok orang dalam mencapai suatu tujuan. Dalam buku Psikologi Sosial
dijelaskan bahwa: “ Kerjasama adalah kecenderungan untuk bertindak dalam
kegiatan kerja bersama-sama menuju suatu tujuan” (Ahmadi, 2000 : 89).
Dengan demikian sikap kerjasama adalah merupakan suatu kecenderungan untuk
bertindak dalam kegiatan kerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Selanjutnya dalam buku Pedoman Umum Budi Pekerti dijelaskan bahwa:
“Ciri-ciri orang yang mampu bekerjasama dengan orang lain adalah berperan dalam
berbagi kegiatan gotong royong tidak membiarkan teman atau keluarga mengalami
suatu masalah secara sendiri dan bersikap mengutamakan hidup bersama berdiri
sama tinggi dan duduk sama rendah” (Depdikbud, 2001 : 28).
b.
Aspek Solidaritas
Solidaritas mempunyai arti adanya kecenderungan seseorang dalam melihat
ataupun memperhatikan keadaan orang lain. Menurut Gerungan dalam bukunya
Psikologi Sosial dijelaskan bahwa: “Solidaritas dapat diartikan sebagi
kecenderungan dalam bertindak terhadap seseorang yang mengalami suatu masalah
yakni berupa memperhatikan keadaan orang tersebut” (Gerungan, 1996 : 52).
Dengan demikian solidaritas merupakan salah satu bentuk sikap sosial yang dapat
dilakukan seseorang dalam melihat ataupun memperhatikan orang lain terutama
seseorang yang mengalami suatu masalah.
c.
Aspek Tenggang Rasa
Dalam buku Psikologi Sosial dijelaskan bahwa: “Tenggang rasa adalah
seseorang yang selalu menjaga perasaan orang lain dalam aktifitasnya
sehari-hari” (Ahmadi, 2000 : 34). Selanjutnya dalam buku Pedoman Pedoman Umum
Budi Pekerti dijelaskan bahwa: “Sikap tenggang rasa dapat dilihat dari adanya
saling menghargai satu sama lain, menghindari sikap masa bodoh, tidak menggangu
orang lain, selalu menjaga perasaan orang lain, dalam bertutur kata tidak
menyinggung perasaan orang lain, selalu menjaga perasaan orang lain dalam
pergaulan dan sebagainya” (Depdikbud, 2001 : 29). Dengan demikian dari pendapat
ahli jelaslah bahwa tenggang rasa adalah perwujudan sikap dan prilaku seseorang
dalam menjaga, menghargai dan menghormati orang lain.
2)
Sikap negatif
Bentuk-bentuk
sikap sosial seseorang yang negatif antara lain :
a)
Egoisme yaitu suatu bentuk sikap dimana seseorang merasa dirinya
adalah yang paling unggul atas segalanya dan tidak ada orang atau benda apapun
yang mampu menjadi pesaingnya.
b)
Prasangka sosial adalah suatu sikap negatif yang diperlihatkan
oleh individu atau kelompok terhadap individu lain atau kelompok lain.
c)
Rasisme, yaitu suatu sikap yang didasarkan pada kepercayaan bahwa
suatu ciri yang dapat diamati dan dianggap diwarisi seperti warna kulit
merupakan suatu tanda perihal inferioritas yang membenarkan perlakuan
diskriminasi terhadap orang-orang yang mempunyai ciri-ciri tersebut.
d)
Rasialisme, yaitu suatu penerapan sikap diskriminasi terhadap
kelompok ras lain. Misalnya diskriminasi ras yang pernah terjadi di Afrika
Selatan.
e) Stereotip, yaitu citra kaku mengenai suatu ras atau budaya yang dianut tanpa
memerhatikan kebenaran citra tersebut. Misalnya stereotip masyarakat Jawa
adalah lemah lembut dan lamban dalam melakukan sesuatu. Stereotip tersebut tidak
selalu benar, karena tidak semua orang Jawa memiliki sifat tersebut. (Ahmadi,
2007 : 94).
Sumber :
1. Depdikbud, 2001. Pedoman Pembinaan Program
Bimbingan di Sekolah. Jakarta: Balai Pustaka.
2. Ahmadi, Abu, 2000. Psikologi Sosial.
Jakarta: Rineka Cipta.
3 .___________,2007. Psikologi Sosial.
Jakarta: Rineka Cipta
4. Nawawi, Hadori. 2000. Intereksi
Sosial. Jakarta : Gunung Agung.
5. Soetjipto dan Sjaefieoden,. 1994. Metodologi
Ilmu Sosial. Jakarta
Komentar
Posting Komentar